Big data dari 110 juta pengguna media sosial menjadi alasan Luhut. "Karena begini, kita kan punya big data, saya ingin lihat, kita punya big data, dari big data itu, kira-kira meng-grab 110 juta," begitu antara lain kata Luhut (detik.com, 11/3/2022).
Dari data besar di berbagai aplikasi media sosial seperti Facebook dan Twitter itulah, menurut Luhut, masyarakat kelas menengah ke bawah ingin kondisi sosial politik yang tenang.
Maksudnya, masyarakat tak ingin gaduh politik dan lebih menginginkan kondisi ekonomi ditingkatkan. Gaduh politik itu mengacu pada pertentangan antar kelompok cebong dengan kampret atau kelompok kadrun.
Masih dari big data yang diklaim Luhut, rakyat Indonesia juga mengkritisi dana Rp 100 triliun lebih untuk Pemilu 2024. Seharusnya, aspirasi publik soal keengganan menggelar Pemilu 2024 ditangkap oleh partai, kata Luhut.
Nah, sekarang partai mana yang benar dalam menangkap aspirasi publik, apakah kelompok PKB-Golkar-PAN atau justru PDIP-Gerindra-Demokrat?
Yang pasti, wacana pemilu ditunda masih bergulir, dan bola ada ditangan parpol, apakah mau mengamandemen konstitusi melalui sidang MPR agar pemilu ditunda atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H