Saya yakin maksud ibu-ibu melarang anaknya makan permen dan mi instan, tentu demi kesehatan dan tumbuh kembang si anak tercinta.
Namun, kecintaan nenek-nenek pada cucunya, berujung pada ketidaktegaan melihat cucu tercinta memendam keinginan makan permen atau mi instan. Masak begitu saja tidak boleh?
Nah, posisi saya di mana? Pro nenek atau pro bunda? Saya sendiri bingung. Saya pikir-pikir lagi, jangan-jangan yang betul adalah cara nenek ke cucu, sehingga yang toksik adalah cara ibu ke anaknya.Â
Bahkan, ada tiga hubungan yang kemungkinan toksik, yakni nenek-cucu, ibu-anak, dan nenek-menantu perempuan. Karena saya terlanjur bingung, saya sudahi saja tulisan ini sampai di sini, tanpa kesimpulan.Â
Jika ada pembaca yang berpendapat bahwa yang toksik adalah ibu yang terlalu ketat mendisiplinkan anaknya, boleh-boleh saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H