Terlepas dari soal penjurusan, sebetulnya baik di IPA maupun IPS, secara umum sistem pendidikan kita belum mampu menerapkan pembelajaran yang bersifat interaktif.
Selama ini proses pembelajaran lebih bersifat searah dan siswa-siswa dituntut agar menjadi anak  manis, bukan anak yang kritis.
Para siswa lebih banyak diminta untuk menghafal, bukan memancing munculnya kreativitas. Hanya mengulang kembali apa yang dijelaskan guru, bukan melatih berdiskusi.
Tak heran, jika nantinya mereka bekerja di perusahaan asing, memang ada pujian dari bos-bos bule bahwa staf asal Indonesia bersikap baik, patuh, sopan, dan sejenis itu. Tapi, bos bule biasanya meminta staf asal Indonesia agar lebih banyak speak up.
Semoga saja kurikulum prototipe mampu menjadi jawaban agar putra putri pewaris bangsa akan membawa Indonesia menuju era keemasannya.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H