Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Sekadar Anak Manis, Lebih Penting Menjadi Anak Kritis

30 Desember 2021   06:40 Diperbarui: 30 Desember 2021   06:50 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, anak yang betul-betul menyukai ilmu apapun dan menganggap IPA dan IPS sama pentingnya, justru akan bergembira.

Dengan penjurusan akan membuat mereka terkotak-kotak, tidak bebas memilih ilmu yang disukainya, serta kehilangan kesempatan untuk mendapat mata pelajaran yang hanya diberikan pada jurusan lain. 

Demikian pula anak-anak yang sudah merasa pasti akan masuk kelas IPS atau Bahasa, sebagian akan gembira karena masih satu kelas dengan anak-anak yang berpotensi masuk IPA, sehingga semangat belajarnya masih terpacu.

Tapi, anak-anak yang ingin mendapat label kelas IPS sebagai pembenaran untuk bergaya santai dan hura-hura, mungkin akan kecewa, karena penjurusan dihapuskan.

Boleh-boleh saja anak IPA merasa bangga. Tapi, dalam dunia kerja kelak, anak-anak eksakta yang kurang gaul dan tidak punya pengalaman berorganisasi bisa kalah bersaing dengan mereka yang dari ilmu sosial tapi punya soft skill yang baik.

Sebetulnya, semua ilmu saling melengkapi. Katakanlah sewaktu kuliah, ilmu yang berkaitan dengan kedokteran dianggap lebih sulit dan hanya bisa dipelajari anak-anak yang pintar.

Namun, ketika di dunia kerja, para dokter tetap perlu mengetahui aspek ekonomi yang berkaitan dengan kesehatan dan juga aspek hukum kedokteran.

Jadi, katakanlah kurikulum prototipe ini semacam eksperimen yang mudah-mudahan bisa menuai hasil yang lebih baik ketimbang kurikulum yang masih dengan tajam membelah siswa dalam jurusan tertentu.

Dengan penjurusan, telah terbentuk citra anak IPA sebagai anak pintar, serius, dan kutu buku. Sedangkan anak IPS bergaya santai, anak gaul, sering di kantin sekolah, dan malas mengerjakan PR.

Citra tersebut belum tentu betul, makanya diharapkan akan tereliminir melalui kurikulum prototipe. Apalagi, seperti telah disinggung di atas, dalam meniti karir nantinya tidak otomatis yang dulunya jurusan eksakta lebih sukses ketimbang jurusan sosial.

Bahkan sudah banyak contoh, orang yang ketika di sekolah bernilai pas-pasan, berhasil mendirikan kerajaan bisnis dan mempekerjakan teman-temannya yang dulu di eksakta. Jadi, yang eks IPA jadi anak buah yang eks IPS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun