"Kesepian 2045" menjadi topik yang ramai di sejumlah media daring. Hal itu berawal dari lontaran Menteri Keuangan Sri Mulyani berkaitan dengan perkembangan digital yang bergerak cepat dan impersonal.
"Saya khawatir 2045 nanti semakin banyak orang kesepian juga karena mereka tidak bisa masuk ke dunia 3 dimention virtual world. Dia left out dari di dunia reality dan kemudian ia tidak bisa enggage," kata Sri Mulyani dalam video virtual (sindonews.com, 13/12/2021).
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, dalam arti tidak bisa hidup sendiri dan pasti butuh berinteraksi dengan orang lain.
Makanya, secara umum bisa dikatakan bahwa kesepian menjadi hal yang tidak nyaman. Memang, dalam kondisi tertentu, bisa saja seseorang sengaja menyepi.
Menarik mengamati sejak beberapa tahun terakhir ini, interaksi antar manusia lebih banyak terjadi di dunia maya. Diperkirakan nantinya kesepian di dunia nyata akan semakin menjadi-jadi.
Dunia maya di sini tidak semata berupa media sosial, tapi dikaitkan dengan prediksi Sri Mulyani, akan lebih banyak berupa aktivitas manusia secara digital, termasuk dalam hal ini yang dilayani atau diperantarai oleh  financial technology (fintech).
Sebetulnya, jangankan pada 2045, sekarang saja kesepian dunia nyata sudah dialami oleh masyarakat di kota-kota besar.
Apalagi, ditambah dengan terjadinya musibah pandemi Covid-19 yang melanda negara kita sejak 2 tahun terakhir ini, yang membuat terjadinya pembatasan kegiatan masyarakat.Â
Tapi, maksud pembatasan kegiatan adalah untuk yang bersifat tatap muka atau offline. Kegiatan bekerja, belajar, bertransaski, tetap bisa berjalan, namun secara online atau virtual.
Nah, makanya tetap ada kehebohan di dunia maya, seperti seringnya acara rapat, workshop, seminar, dan sejenis itu yang digelar secara virtual itu.