Terkait kecelakaan yang dialami Transjakarta, angkanya memang mencengangkan. Sepanjang tahun 2021 (Januari hingga Oktober), setidaknya terjadi 502 kecelakaan yang melibatkan bus-bus Transjakarta.
502 kecelakaan jelas tidak main-main, dan diduga sebagian besar faktor human error (kesalahan manusia) yang menjadi penyebab. Tentu juga ada sebagian kecil kasus yang karena faktor teknis atau yang bukan kesalahan manusia.
Kompas.id (7/12/2021) memuat infografis sejumlah kecelakaan tersebut, antara lain disebutkan penyebab kecelakaan karena pengemudi mengantuk sehingga menabrak bus di depannya dan ada pula karena kehilangan kendali atau kehilangan keseimbangan.
Kesalahan manusia itu sebaiknya diteliti, apakah karena beban kerja yang overload, kurang tidur, gaji kecil sehingga jadi beban pikiran, perilaku pengemudi yang emosional, dihapuskannya petugas pengawas dalam bus, dan sebagainya.
Kembali ke berita penghentian sementara dua operator di atas, sebetulnya bukan kelayakan bus saja yang harus diperiksa, yang terpenting justru kelayakan pengemudi, agar human error yang terjadi bisa diperbaiki.
Ada pengemudi yang berstatus karyawan langsung PT Transjakarta, tapi juga ada pengemudi dari perusahaan operator. Apakah kualifikasi dan kemampuannya sudah sama dan sesuai standar?
Bagaimana cara membenahi mutu pengemudi Transjakarta, tentu pihak manajemen bisa merancang sejumlah action plan, kalau perlu dengan meminta bantuan konsultan yang sudah berpengalaman di bidang yang relevan.
Menyelamatkan Transjakarta harus diupayakan oleh semua pihak terkait, khususnya berbagai instansi pemerintah yang berwenang dengan regulasi dan pengawasan bidang transportasi.
Transjakarta sudah melewati sejarah yang relatif panjang, yakni sejak 1 Februari 2004. Diklaim sebagai Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Asia Selatan dengan jalur lintasan terpanjang di dunia (208 km)
Lahirnya Transjakarta merupakan hasil studi banding ke Bogota, ibu kota Kolombia, Amerika Selatan, yang telah sukses menerapakan BRT dengan nama Transmilenio.
Awalnya Transjakarta juga banyak dikritik. Bagi pengguna kendaraan pribadi, jelas merugikan karena adanya busway sebagai jalur khusus bagi Transjakarta, sehingga jalur untuk kendaraan pribadi menyempit.