Bayangkan kalau si peminjam datang ke kantor, tidak usah ke bank kelas bawah yang disebut dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), tapi cukup ke kantor Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
Nah, untuk ke kantor tersebut, seseorang harus berpakaian layak, tidak mungkin pakai sarung, kaos oblong dan sandal jepit.Â
Kemudian, belum lagi diminta mengajukan aplikasi kredit dengan mengisi data, diminta kartu identitas dan ditanya penghasilan rata-rata bulanan, dan sebagainya.
Cara seperti itu yang bikin tidak nyaman warga kelompok marjinal. Makanya, kedatangan tukang kredit keliling, termasuk kredit panci, menjadi semacam dewa penolong bagi masyarakat yang kemampuan ekonominya sangat terbatas tersebut.
Jangan heran, meskipun mungkin jumlah tukang kredit panci makin berkurang, tapi, seperti telah ditulis di atas, mereka masih ada.
Sayangnya, di samping sebagai penyelamat, tukang kredit panci bisa pula membawa celaka bagi pasangan suami istri tertentu.
Contohnya, belum lama ini terkuak peristiwa pembunuhan, di mana seorang istri tewas di tangan suaminya sendiri gara-gara kredit panci.
Peristiwa tersebut terjadi di Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Sebelum korban yang bernama Kiki Karwi ditemukan tewas di rumahnya, Senin (28/9/2021), korban sempat bertengkar dengan suaminya, Ade Ahdia.
Lebih lanjut, seperti diberitakan Sindonews.com (28/9/2021), pelaku mengaku kesal terhadap korban karena mengambil kredit panci tanpa sepengetahuannya.
Ribut-ribut di rumah tangga memang ada banyak penyebabnya, dan masalah keuangan termasuk faktor penyebab yang sering muncul.
Bagaimanapun juga, yang namanya utang, sebaiknya diketahui oleh pasangan. Jika istri mau berutang, perlu musyawarah dengan suami dan begitu pula sebaliknya.