Tapi, jelas ada pula sebagian kita yang betul-betul memeperingati kelahiran Nabi Muhammad, misalnya dengan mengikuti pengajian, mendengar ceramah agama, atau dalam bentuk lain yang mirip dengan itu.
Biasanya, sewaktu mengikuti pengajian, muncul kesadaran bahwa kita mau berubah ke arah yang lebih baik.
Dalam konteks Maulid Nabi, disebutkan bahwa agar kita menjadi pribadi yang lebih baik, kita harus meneladani sifat Nabi Muhammad.
Ada 4 sifat Nabi Muhammad yang sering dibahas pada pelajaran agama Islam, yakni siddik (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan perintah dan larangan-Nya) dan fathonah (cerdas dan bijaksana).
Namun, kesadaran yang menggebu-gebu untuk berubah saat mendengar ceramah agama, adakalanya begitu selesai mengaji, kita kembali ke kebiasaan lama.
Sebetulnya, dengan atau tanpa momen Maulid Nabi, kita perlu terus menerus berupaya menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Dan itu tidak pakai "ntar aja", harus lakukan sekarang juga, serta mulai dari hal kecil yang lebih gampang dilakukan, sehingga akhirnya menjadi kebiasaan.
Hal kecil itu maksudnya hal yang sepenuhnya dalam kendali kita sendiri, misalnya membiasakan tepat waktu untuk semua kegiatan kita, budaya memberikan senyuman dan salam kepada saudara dan sahabat, dan sebagainya.
Mari kita ambil satu sifat Nabi, yakni amanah atau dapat dipercaya. Apakah ini hal kecil yang gampang dilakukan atau justru hal besar? Ya, tergantung dari sisi mana kita melihatnya.
Bagi orang kantoran, tentu sering mengucapkan selamat kepada rekan yang mendapat promosi jabatan. Biasanya, ucapan selamat itu diiringi dengan doa semoga amanah.
Amanah bagi yang punya jabatan, sebetulnya disebut berat, ya berat. Bayangkan, betapa banyaknya pejabat kita yang terkena kasus korupsi, dan yang tak terungkap mungkin lebih banyak lagi, membuktikan tidak gampang menjadi pejabat yang amanah.