Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Yatim Piatu di Era Pandemi, Membantunya Tak Cukup Sekadar Materi

10 Agustus 2021   08:00 Diperbarui: 10 Agustus 2021   08:00 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi acara santunan bagi anak yatim piuatu|dok. pewarta.co

Dengan menyadari hal tersebut sebagai ladang amal, semuanya akan terasa ringan. Si anak yatim piatu harus diterima secara ikhlas dan diperlakukan sama seperti anak sendiri.

Saya teringat dengan teman masa kecil saya, yang juga tetangga saya, sebut saja namanya Abdul. Ia seorang anak yatim piatu yang dipelihara oleh kakeknya.

Kami bersahabat baik dan sering bermain bersama. Sambil bermain, ia terkadang bercerita, atau kalau sekarang disebut dengan curhat, kepada saya.

Intinya, ia benci kepada salah seorang menantu si kakek yang tinggal di rumah tersebut. Ia sering disuruh-suruh, dimarahi, dan diperlakukan seperti pembantu.

Memang, teman saya ini disekolahkan, tapi sepertinya ia tertekan. Setelah menamatkan SMA, ia pun merantau ke Bandung mencari familinya yang bekerja di sana.

Alhamdulillah, sekarang teman saya itu hidup mapan, tapi tak pernah lagi menginjakkan kaki di Payakumbuh, Sumbar, kota masa kecilnya.

Kesimpulannya, membantu anak yatim piatu, tak cukup sekadar memberi santunan dengan bagi-bagi amplop. Mereka juga butuh siraman kasih sayang sebagaimana yang pernah didapatnya dari orang tuanya.

Ilustrasi acara santunan bagi anak yatim piuatu|dok. pewarta.co
Ilustrasi acara santunan bagi anak yatim piuatu|dok. pewarta.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun