Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Swalayan Raksasa Tumbang, Swalayan Mini Berkembang, Pasar Tradisional Lengang

4 Juni 2021   09:30 Diperbarui: 4 Juni 2021   21:57 2469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja, ilustrasi supermarket (iStockphoto via lifestyle.kompas.com)

Dulu, yang disebut pasar, penampilannya mengacu pada pasar tradisional, meskipun variasinya lumayan banyak. 

Ada pasar becek, pasar jongkok, pasar senggol, pasar tumpah, pasar kaget, hingga yang sangat luas seperti Pasar Senen atau Tanah Abang di Jakarta.

Tapi, secara umum, pasar tersebut terdiri dari banyak kios yang saling bersambung. Di setiap kabupaten, biasanya ada pasar utama yang terletak di ibu kota kabupaten. Lazimnya terdiri dari dua atau tiga lantai.

Kemudian sejak Orde Baru, mulai bermunculan pasar swalayan, meskipun sebetulnya yang mempelopori di Indonesia adalah Toko Serba Ada Sarinah pada penghujung era Orde Lama.

Pasar swalayan pun juga berviariasi dilihat dari ukurannya, ada hipermarket, supermarket, dan minimarket. Semuanya sama-sama menjual kebutuhan sehari-hari, tapi yang kategori hipermarket menyediakan barang dalam jenis dan jumlah yang lebih banyak.

Pasar swalayan inilah yang  menjadi "tertuduh" sebagai faktor penyebab sepinya pasar tradisional. Ruangnya yang luas dengan pendingin udara dan harga barang yang jelas tercantum, membuat pengunjung merasa nyaman.

Tapi, pasar tradisional tidak betul-betul mati. Tetap ada saja warga, terutama ibu-ibu, yang sengaja ke pasar tradisional karena bisa pakai daster dan ngobrol dengan pedagangnya sambil menawar harga.

Hanya, secara umum pasar tradisional sudah kalah dari swalayan. Coba saja datangi pasar tradisional yang di Jakarta dikelola oleh perusahaan daerah Pasar Jaya. Biasanya, kios-kios yang berada di lantai 2, banyak yang tutup tanpa penyewa, karena memang tidak lagi didatangi konsumen.

Menariknya, eksistensi pasar saat ini sangat dinamis, sehingga pasar swalayan pun tidak selalu aman. Sekarang, pengertian pasar semakin meluas dengan maraknya perdagangan secara online melalui aplikasi. Ini pulalah yang sekarang disebut sebagai biang keladi tumbangnya pasar swalayan.

Apakah memang begitu? Belum tentu juga. Sejauh ini yang tumbang adalah kelas hipermarket atau pasar swalayan yang berukuran raksasa. 

Beberapa tahun lalu Hypermart milik Grup Matahari yang tumbang. Sekarang, hipermarket Giant milik Grup Hero yang mengikuti jejak Hypermart. Maka, tak perlu heran bila beberapa hari terakhir ini, gerai Giant yang tersebar di beberapa lokasi di Jabodetabek diserbu pengunjung.

Soalnya, karena mau ditutup secara permanen, Giant melakukan aksi obral besar, dengan target semua barang yang ada akan habis, tidak tersisa sama sekali.

Tapi, jangan bilang semua pasar swalayan lagi terancam oleh pasar online. Buktinya perkembangan minimarket masih baik-baik saja, dengan dua nama besar saling bersing secara nasional, yakni Indomaret dan Alfamart.

Memang, perdagangan online melalui aplikasi tertentu seperti mendapatkan momentum emas untuk berkembang pesat karena adanya pembatasan sosial dalam rangka mengendalikan pandemi Covid-19.

Namun, ciri-ciri minimarket yang gerainya tersebar amat banyak, meyebar hingga ke kawasan pemukiman, juga gampang dijangkau konsumen.

Kemudian, jarang terjadi antrean panjang di depan kasir minimarket, sehingga berbelanja di sana tidak akan memakan waktu yang lama. Selain itu, kelengkapan barang yang sering dibutuhkan dengan harga yang standar, menjadi daya tarik bagi konsumen.

Jika diamati sekilas, tampaknya telah terjadi pergeseran pola berbelanja konsumen di kota besar. Dulu, hipermarket berjaya karena konsumen ingin berbelanja secara reguler, katakanlah sekali sebulan, tapi dalam jumlah yang besar dan jenis barang yang komplit.

Giant di Malaysia (Bernama via properti.kompas.com)
Giant di Malaysia (Bernama via properti.kompas.com)
Dan hal itu bisa dipenuhi secara one stop shopping di hipermarket. Adapun sekarang, konsumen lebih suka berbelanja seperlunya di tempat yang hanya beberapa langkah dari rumah.

Itulah yang membuat minimarket berkembang pesat. Coba simak tulisan di harian Kompas (31/5/2021). Disebutkan bahwa dua nama besar di kategori minimarket, Alfamart dan Indomaret, sangat ekspansif dengan skema waralaba. Jadi, tidak semua gerai milik langsung dari perusahaan pendiri.

Sampai triwulan III-2020, gerai Alfamart di seluruh Indonesia sudah berjumlah 15.102 unit dan tahun ini ditargetkan bertambah lagi 500 hingga 700 gerai. Sedangkan pesaingnya, Indomaret, tercatat mempunyai 18.708 gerai hingga posisi April 2021. Menariknya, lokasi gerai Indomaret dan Alfamart banyak yang berdekatan dan keduanya sama-sama punya pelanggan yang lumayan ramai.

Namun demikian, tidak semua daerah bisa menerima dengan baik kehadiran kedua minimarket itu. Hal ini terbukti di Sumatera Barat, yang pemerintah daerahnya masih belum mengizinkan beroperasinya Alfamart dan Indomaret di sana, dengan tujuan melindungi minimarket lokal.

Kesimpulannya, dalam kaitannya dengan berbagai jenis pasar, kejelian membaca pergeseran perilaku konsumen sangat diperlukan oleh pelaku usaha. Sehingga, sebetulnya tidak perlu ada "adegan pembunuhan".

Dengan berbagai modifikasi atau revitalisasi pasar tradisional diharapkan kembali digemari. Pasar swalayan pun tak perlu takut dengan pasar online. Toh, bukankah semuanya saling melengkapi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun