Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pengaruh LDR terhadap LDR yang Lain, Positif atau Negatif?

14 Februari 2021   11:28 Diperbarui: 14 Februari 2021   13:57 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Khadija Horton, dimuat cosmopolitan.com

Jauh sebelum istilah LDR dikenal luas sebagai singkatan dari long distance relationship, saya sudah akrab dengan istilah LDR yang lain. Di tempat saya bekerja, LDR artinya loan to deposit ratio.

Maka, saya iseng saja, apakah ada hubungan antara hubungan jarak jauh antar dua orang yang saling mengasihi (baik masih berpacaran, maupun sudah suami istri) dengan LDR yang satu lagi.

LDR yang satu lagi itu adalah rasio yang lazim dihitung oleh staf bagian keuangan di sebuah bank, yang membandingkan antara posisi simpanan masyarakat (berupa giro, tabungan dan deposito) dengan posisi kredit yang disalurkan kepada masyarakat oleh sebuah bank.

Bila jumlah kredit lebih besar dari simpanan, maka bank tersebut dalam kondisi kekurangan dana, lazim juga disebut sebagai kekurangan likuiditas. Sedangkan bila simpanan lebih besar dari kredit, bank disebut sebagai kelebihan likuiditas.

Idealnya, LDR sebuah bank berada pada kisaran 90 persen. Artinya, dari Rp 100 simpanan masyarakat, Rp 90 berhasil disalurkan sebagai kredit, dan sisanya sebagai dana untuk kebutuhan internal bank itu sendiri.

Jika LDR lebih rendah dari 90 persen, bukan kondisi yang bagus, karena menggambarkan adanya dana yang menganggur. Padahal, bila diputarkan sebagai kredit kepada pelaku bisnis yang kekurangan modal, akan mendatangkan penghasilan bagi bank, karena si peminjam akan dikenakan bunga. Bunga dari peminjam ini diharapkan lebih besar dari bunga yang dibayarkan bank kepada para penyimpan dana.

Tapi, jika LDR lebih tinggi dari 100 persen, bank artinya membutuhkan utang dari bank lain, karena dana simpanan masyarakat tidak mencukupi. Dan sewaktu-waktu bila si penabung mengambil uang, bank bisa mengalami kesulitan, karena dananya masih digunakan para peminjam.

Oke, itu saja sekadar informasi bagi yang belum mengetahui seluk beluk perbankan. Nah, konsep LDR di bank, bisa diterapkan secara pribadi, dan relevan bagi siapa pun. 

Tentu konsepnya saya modifikasi, di mana yang menjadi "L" adalah utang seseorang kepada orang lain (termasuk kepada bank) dan yang menjadi "D" adalah penghasilan seseorang setelah dikeluarkan untuk biaya sehari-hari. Jadi, D tersebut bisa berupa tabungan, deposito, emas batangan, obligasi, saham, dan aset lain yang dimiliki seseorang.

Maka, menurut saya, idealnya LDR seseorang akan tercapai bila tidak punya utang sama sekali dan simpanannya banyak. Namun, seandainya kondisi ideal itu tidak bisa dicapai, sepanjang D lebih besar dari L, ini sudah bagus. Semakin besar selisihnya, semakin baik.

Baik, kembali ke soal hubungan jarak jauh, setelah saya pikir-pikir, LDR yang pertama dan LDR yang kedua, ternyata saling berkaitan. Seperti apa pola pengeluaran seseorang terhadap pasangannya yang berada di daerah atau negara lain, di situlah pengaruhnya.

Bahwa untuk berinteraksi, perlu biaya komunikasi, katakanlah untuk membeli pulsa dan paket internet, itu sudah jelas. Bila interaksi itu berupa video call tanpa kenal waktu, dari bangun tidur hingga mau tidur lagi (tentu diselingi break makan, bekerja, dan aktivitas lainnya), akan boros juga.

Kemudian, gara-gara tidak bisa kopi darat, sebagai kompensasinya, seseorang bisa saja sering mengirim bingkisan kepada pasangannya. Maksudnya menjadi bukti bahwa perhatiannya tidak berkurang, atau agar pasangannya tidak pindah ke lain hati. 

Bayangkan, kalau untuk mengirim bingkisan itu didapat dari meminjam atau menguras tabungan dalam jumlah besar, jelaslah LDR yang pertama, berpengaruh terhadap LDR yang kedua. dalam hal ini, pengaruhnya bersifat negatif.

Namun, jika tidak bisa kopi darat karena pembatasan sosial di era pandemi ini, disikapi secara bijak, seharusnya menjadi momen untuk berhemat. Bukankah dengan tidak membeli tiket pesawat, tidak membeli oleh-oleh, akan bisa mempertebal tabungan, yang nantinya dipakai setelah tidak ada pandemi? Inilah contoh pengaruh yang positif.

Nah, bagi pelaku LDR, coba teliti lagi loan to deposit ratio anda. Semoga tidak mengalami kesulitan keuangan gara-gara hubungan jarak jauh dengan pujaan hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun