Jauh sebelum istilah LDR dikenal luas sebagai singkatan dari long distance relationship, saya sudah akrab dengan istilah LDR yang lain. Di tempat saya bekerja, LDR artinya loan to deposit ratio.
Maka, saya iseng saja, apakah ada hubungan antara hubungan jarak jauh antar dua orang yang saling mengasihi (baik masih berpacaran, maupun sudah suami istri) dengan LDR yang satu lagi.
LDR yang satu lagi itu adalah rasio yang lazim dihitung oleh staf bagian keuangan di sebuah bank, yang membandingkan antara posisi simpanan masyarakat (berupa giro, tabungan dan deposito) dengan posisi kredit yang disalurkan kepada masyarakat oleh sebuah bank.
Bila jumlah kredit lebih besar dari simpanan, maka bank tersebut dalam kondisi kekurangan dana, lazim juga disebut sebagai kekurangan likuiditas. Sedangkan bila simpanan lebih besar dari kredit, bank disebut sebagai kelebihan likuiditas.
Idealnya, LDR sebuah bank berada pada kisaran 90 persen. Artinya, dari Rp 100 simpanan masyarakat, Rp 90 berhasil disalurkan sebagai kredit, dan sisanya sebagai dana untuk kebutuhan internal bank itu sendiri.
Jika LDR lebih rendah dari 90 persen, bukan kondisi yang bagus, karena menggambarkan adanya dana yang menganggur. Padahal, bila diputarkan sebagai kredit kepada pelaku bisnis yang kekurangan modal, akan mendatangkan penghasilan bagi bank, karena si peminjam akan dikenakan bunga. Bunga dari peminjam ini diharapkan lebih besar dari bunga yang dibayarkan bank kepada para penyimpan dana.
Tapi, jika LDR lebih tinggi dari 100 persen, bank artinya membutuhkan utang dari bank lain, karena dana simpanan masyarakat tidak mencukupi. Dan sewaktu-waktu bila si penabung mengambil uang, bank bisa mengalami kesulitan, karena dananya masih digunakan para peminjam.
Oke, itu saja sekadar informasi bagi yang belum mengetahui seluk beluk perbankan. Nah, konsep LDR di bank, bisa diterapkan secara pribadi, dan relevan bagi siapa pun.Â
Tentu konsepnya saya modifikasi, di mana yang menjadi "L" adalah utang seseorang kepada orang lain (termasuk kepada bank) dan yang menjadi "D" adalah penghasilan seseorang setelah dikeluarkan untuk biaya sehari-hari. Jadi, D tersebut bisa berupa tabungan, deposito, emas batangan, obligasi, saham, dan aset lain yang dimiliki seseorang.
Maka, menurut saya, idealnya LDR seseorang akan tercapai bila tidak punya utang sama sekali dan simpanannya banyak. Namun, seandainya kondisi ideal itu tidak bisa dicapai, sepanjang D lebih besar dari L, ini sudah bagus. Semakin besar selisihnya, semakin baik.
Baik, kembali ke soal hubungan jarak jauh, setelah saya pikir-pikir, LDR yang pertama dan LDR yang kedua, ternyata saling berkaitan. Seperti apa pola pengeluaran seseorang terhadap pasangannya yang berada di daerah atau negara lain, di situlah pengaruhnya.