Namun bukan berarti mengambil sampel di hidung lebih gampang ketimbang lewat mulut. Begitu alat mirip cotton bud itu masuk salah satu lubang hidung (boleh di kiri atau kanan, sesuka si petugas saja), karena diarahkan ke bagian paling atas, rasanya sakit juga.Â
Hidung saya sendiri secara refleks menolak saat alatnya sudah demikian jauh masuk lubang kanan hidung. Akhirnya terpaksa diulang lagi, dan si petugas meminta saya agar rileks saja, jangan melawan "serangan" alat yang masuk itu. Soalnya, jika dilawan, lobang hidung otomatis menyempit.Â
Akhirnya saya berhasil tidak melawan, tapi saking tidak nyamannya, entah kenapa, ternyata berdampak pada keluarnya air mata. Padahal bukan karena merasa sedih sebab tidak boleh melawan, dan saya sendiri sudah mencoba serileks mungkin.
Demikianlah pengalaman 2 menit yang lumayan menegangkan bagi saya, tapi setelah itu rasanya lega. Orang lain saya lihat ada yang sangat gampang saat pengambilan sampel, mungkin sudah latihan dulu. Tapi ada beberapa yang lebih parah, maksudnya membutuhkan waktu yang lebih lama, dibandingkan yang saya alami.
Sekarang saya tinggal menunggu hasilnya saja yang dijanjikan keluar besoknya. Tentu saja saya berharap dan berdoa agar hasilnya negatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H