Sampel yang diambil pakai alat berbentuk cotton bud dengan tangkai panjang itu, disebutkan memang mendatangkan rasa tidak nyaman bagi pasien. Tapi pasien harus bersikap kooperatif sampai proses pengambilan sampel selesai, agar hasilnya akurat.
Adapun hasil tes swab adalah positif atau negatif. Positif menandakan adanya infeksi virus corona, sedangkan negatif berarti tidak ada infeksi. Namun tes swab tidak cukup satu kali saja, sebaiknya diulang sesuai anjuran dari dokter atau tenaga medis.
Oke, dari referensi tersebut, tak ada lagi keraguan bagi saya, sebaiknya saya memang ikut tes. Ini penting bagi saya sendiri dan juga keluarga saya. Mumpung biayanya menjadi tanggungan kantor, peluang ini harus saya manfaatkan. Jika menjadi tanggungan pribadi, tarifnya lumayan mahal, bisa di atas Rp 1 juta.
Sesuai jadwal yang telah diatur oleh staf yang ditugaskan untuk mengkoordinir tes swab, saya mendapat giliran kelompok pertama yang berjumlah 10 orang.Â
Jadwal pengambilan sampelnya adalah dari pukul 10.30 hingga 10.45. Artinya selama 15 menit untuk 10 orang, jelas setiap orangnya hanya kebagian sekitar 1 hingga 1,5 menit.Â
Takut mengalami kemacetan, saya datang lebih awal. Jam 10 saya sudah berada di ruang tunggu lantai 32, tempat pengambilan sampel. Petugas dari rumah sakit yang digunakan perusahaan tempat saya bekerja, malah belum datang. Baru jam 10.35, petugasnya yang berjumlah 3 orang terlihat datang membawa beberapa box peralatan.
Ternyata ada dua petugas pengambil sampel, sehingga dua orang bisa diperiksa secara paralel. Seorang petugas lagi tampaknya petugas administrasi yang sibuk mencatat atau meneliti foto kopi KTP karyawan yang akan diambil sampelnya. KTP itu wajib diserahkan saat melapor di ruang tunggu.
Semua petugas terlihat memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap. Bahkan sarung tangannya saja 2 lapis. Lapisan luar akan dibuang setelah selesai mengambil sampel satu orang, untuk diganti lagi dengan sarung tangan baru. Demikian juga alat seperti cotton bud-nya, hanya berlaku untuk satu orang saja.
Akhirnya tibalah giliran saya dipanggil. Sambil duduk di kursi empuk, saya diminta membuka mulut lebar-lebar, kemudian menjulurkan lidah sambil berteriak "aaaaaah".Â
Agak sulit bagi saya melakukannya, karena saat berteriak, lidah saya masuk lagi. Begitu alat pengambil sampel masuk dalam ke tenggorokan saya, lumayan sakit dan menimbulkan efek mual. Kata petugasnya, itu hal yang normal dan akan hilang sendiri.
Bagi mereka yang mau tes swab ada baiknya latihan beberapa kali bagaimana caranya membuka mulut dan menjulurkan lidah sambil beteriak. Sedangkan waktu pengambilan sampel melalui hidung, tak perlu pakai latihan, karena cukup dilakukan sambil mendongak.