Nah, sekarang bagaimana dengan direktur lain yang bukan direktur keuangan? Rata- rata di perusahaan berskala nasional seperti juga di banyak BUMN, paling tidak pada susunan direksi, selain direktur utama dan direktur keuangan, ada pula direktur operasional, direktur produksi, direktur pemasaran, direktur umum, dan sebagainya.
Idealnya tentu saja semua direktur tersebut harus mampu memahami laporan keuangan, karena sebetulnya ini sangat bermanfaat sebagai bekal dalam pengambilan keputusan. Bahkan tidak hanya untuk direktur, pada prinsipnya bagi semua karyawan, paling tidak untuk level staf ke atas, memerlukan kemampuan membaca laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah "bahasa bisnis" karena dari situlah akan ketahuan apakah dari waktu ke waktu sebuah perusahaan mengalami kemajuan, jalan di tempat, atau malah mengalami kemunduran. Berdasarkan laporan itu pulalah, target bisnis ditetapkan.
Anggaplah pejabat di bidang pembelian barang, produksi, promosi, dan penjualan, hanya fokus ke pekerjaan masing-masing dan tidak mau tahu dengan kinerja perusahaan yang tergambar pada laporan keuangan. Tentu akan fatal akibatnya. Omzet penjualan boleh saja mengalami pertumbuhan, tapi perusahaan bisa rugi bila terjadi ketidakefisienan di bidang lain.
Bila ada direktur BUMN yang tidak mengerti laporan keuangan, solusinya sebetulnya gampang. Tidak mutlak harus segera diganti oleh yang lain, bila si direktur mau memanggil mereka yang menyusun laporan keuangan di BUMN tersebut dan tidak malu untuk belajar.
Dengan waktu dua jam setiap hari kerja selama satu atau dua minggu, sekadar mengerti hal-hal yang pokok dari laporan keuangan, termasuk bagaimana melakukan analisis atas laporan tersebut, harusnya sudah cukup.
Sejujurnya, saya merasa iri. Banyak teman saya yang bukan berasal dari pendidikan tinggi akuntansi, Â bisa belajar dengan cepat bagaimana memahami laporan keuangan. Ada yang sarjana teknik, sarjana pertanian, sarjana hukum, dan disiplin ilmu lainnya.Â
Padahal  bagi saya yang memang seorang akuntan, ternyata sangat tidak gampang mempelajari ilmu lain yang sebetulnya juga saya perlukan dalam meniti karir. Tahu sendiri, sekarang kan zamannya teknologi informasi, sebagian pekerjaan teknis akuntansi sudah diambil alih oleh aplikasi dari sistem informasi.
Akibatnya ada kekhawatiran saya, bagaimana dengan nasib lulusan ratusan pendidikan tinggi akuntansi di seluruh penjuru tanah air, bila mereka tidak kreatif dalam memahami dan mengembangkan teknologi informasi? Tak ada jalan lain, kolaborasi antar disiplin ilmu mutlak diperlukan agar survive di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H