Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

ASN Dilarang Mudik, Bagaimana Mengawasinya?

12 April 2020   07:10 Diperbarui: 12 April 2020   07:15 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya ASN yang seperti itu memakai pola PJKA dalam menyiasati agar bisa berkumpul dengan keluarga. PJKA maksudnya Pulang Jumat kembali Ahad (hari Minggu). Alangkah malangnya bila ASN tersebut tidak bisa pulang ke Jakarta.

PJKA ini bisa pula bersifat sebaliknya, yakni ASN yang dipindahkan ke Jakarta, namun keluarganya sengaja ditinggal di kota tempat ia bertugas sebelumnya. 

Bahkan bagi pegawai BUMN yang punya cabang di semua kabupaten seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, Telkom, PLN, dan sebagainya, sangat banyak yang punya pergerakan PJKA ini. Cara melacaknya gampang, lihat saja di bandara pada Jumat malam dan pada Minggu malam.

Kemudian ada juga "mudik kecil" sebagai lawan "mudik besar" dari Jabodetabek ke berbagai penjuru nusantara. Contoh mudik kecil ini, umpamanya dari Surabaya ke Blitar, dari Bandung ke Pangandaran, dari Makassar ke Palopo, dari Padang ke Payakumbuh, dan sebagainya, yang prinsipnya dapat ditempuh dalam beberapa jam saja.

Jangan anggap ibu kota provinsi seperti Surabaya, Bandung, dan Makassar sebagai daerah aman. Memang tidak sebanyak Jakarta, tapi dari data yang diumumkan pemerintah, jumlah mereka yang terpapar Covid-19 di kota-kota itu tadi tidak bisa dianggap sedikit.

Masalahnya, mudik kecil ini sulit dilacak karena tanda nomor kendaraannya mugkin tidak membuat kaget orang kampung, karena sehari-hari pun banyak kendaraan dari daerah tetangga itu yang berlalu lalang.

Kesimpulannya, sangat tidak gampang melacak ASN apakah mereka mematuhi larangan mudik atau malah melanggarnya. Hanya terpulang kepada kesadaran masing-masing, baik kesadaran ASN-nya, maupun kesadaran keluarganya yang berdomisili di kampung halaman. Termasuk kesadaran antar anggota keluarga yang terpisah seperti yang dialami kelompok PJKA di atas.

Perwujudan kesadaran dimaksud adalah agar kita semua konsisten menerapkan pola hidup sehat dan secara ketat melakukan physical distancing, termasuk dengan keluarga sendiri di rumah.

Berdiam diri di rumah merupakan langkah terbaik. Namun apabila memang sangat tidak bisa dihindarkan untuk bepergian ke luar rumah, apalagi mudik, lakukan dengan cara yang sangat berhati-hati. Meskipun merasa sehat, tetap menjaga jarak agar tidak menulari atau ditulari.

Dok. jpnn.com
Dok. jpnn.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun