Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Lantai Khusus untuk Masjid di Gedung Pencakar Langit, Kenapa Tidak?

28 Februari 2020   00:07 Diperbarui: 28 Februari 2020   00:08 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Alatief (jawapos.com)

Saat Bank Negara Indonesia mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Kamis 20 Februari 2020 lalu, kebetulan saya ikut menghadirinya. Acara ini diselenggarakan di Gedung Menara BNI di kawasan Slipi, Jakarta.

Gedung tersebut belum lama diresmikan dan ditempati oleh beberapa divisi kantor pusat BNI. Wajar kalau RUPS dilakukan di sana karena cukup representatif dan tak kalah dengan rapat sejenis yang diselenggarakan di hotel berbintang.

Namun kali ini saya tidak bermaksud membahas hasil RUPS tersebut. Saya tertarik mengulas adanya masjid di salah satu lantai di Menara BNI itu, yang saya ketahui ketika menunaikan salat.

Masjid BRI (dok pribadi)
Masjid BRI (dok pribadi)
Semua dinding masjid terbuat dari kaca yang tembus pandang dan dihiasi dengan kaligrafi yang menawan. Ukurannya lumayan luas dan nyaman untuk beribadah.

Hanya saja, mungkin saking nyamannya, malah membuat sebagian karyawan betah berlama-lama ngobrol sesamanya sambil leyeh-leyeh di barisan belakang.

Tampaknya keterbatasan lahan bukan lagi masalah untuk membangun masjid yang besar. Sekarang makin marak keberadaan masjid dalam gedung.

Tidak hanya di gedung perkantoran, dalam gedung berupa mal pun seperti di Pasaraya, Blok M Square, dan Gandaria City (semuanya di Jakarta Selatan), terdapat masjid yang bagus.

Memang di mal-mal yang dibangun dalam belasan tahun terakhir ini, kalaupun tak punya masjid, musalanya luas dan nyaman dengan interior menawan.

Namun pada mal yang dibangun di era sebelum itu, biasanya musalanya nyempil di ruang parkir dengan kondisi yang sumpek. Tak heran mal-mal gaya lama banyak yang direnovasi, termasuk dengan menyediakan musala yang nyaman, agar tidak ditinggalkan pelanggan.

Kembali ke soal masjid dalam gedung perkantoran yang jangkung, selain di BNI, juga baru saja diresmikan Desember 2019 lalu di Kantor Pusat BRI di  Kawasan Semanggi Jakarta Pusat.

Dulu di Kantor Pusat BRI, penyelenggaraan Salat Jumat mengambil tempat di lantai teratas Gedung BRI 1. Tapi itu bukan masjid, melainkan semacam ruang serbaguna.

Acara pengarahan dari Direksi terhadap para pejabat bank yang datang dari seluruh penjuru tanah air pun juga mengambil tempat di sana. Sehingga bila acara dinas ini berlangsung di hari Jumat, jam 11 siang ruangan buru-buru ditata ulang agar bisa digunakan buat Salat Jumat.

Menara BNI, ada masjid di dalamnya (kumparan.com)
Menara BNI, ada masjid di dalamnya (kumparan.com)
Sekarang karena bank milik negara itu sudah punya masjid, tentu Salat Jumat tidak lagi dilakukan di ruang serbaguna, tapi di masjid yang dikelola oleh Badan Pembinaan Kerohanian Islam (Bapekis) BRI.

Nah menarik pula mencermati soal pemberian nama masjid yang dipas-paskan dengan nama pemiliknya. Sebagai contoh, Masjid Alatief adalah nama masjid di Mal Pasaraya yang dimiliki oleh Abdul Latief, yang dulu pernah menjadi menteri di era Orde Baru.

Sebuah acara di Masjid BRI (ybmbri.org)
Sebuah acara di Masjid BRI (ybmbri.org)
Masjid di Menara BNI dinamakan Masjid Baitu Nuril Islam, yang kalau disingkat menjadi BNI. Begitu pula masjid di Gedung BRI, namanya Baiti Rif'atil Islam, atau disingkat dengan BRI.

Gaya yang dipas-paskan itu jauh sebelumnya telah dimulai oleh Bank Indonesia yang membangun masjid cantik di atas lahan bagian samping komplek kantor pusatnya (bukan dalam gedung). Namanya Masjid Baitul Ihsan (disingkat BI).

Kelemahan dari masjid di dalam gedung, tentu saja karena publik tidak bisa melihat kemegahan masjid dari luar. Tak ada kubah atau ciri-ciri bangunan sebuah masjid. Namun ketika masuk ke dalam gedung dan langsung ke lantai tempat masjid berada, baru jamaah terkagum-kagum dengan interiornya. 

Masjid BNI (dok pribadi)
Masjid BNI (dok pribadi)
Memang kalau berhitung untung rugi secara finansial, mengalokasikan satu lantai khusus di gedung pencakar langit untuk masjid, bisa dipandang mendatangkan kerugian. Bayangkan berapa potensi pendapatan dari penyewa ruangan di gedung tersebut yang hilang.

Tapi coba pikirkan dari sisi yang lain. Pekerja dan pengunjung di sebuah gedung yang terdiri dari puluhan lantai berkapasitas di atas seribu orang, tentu membutuhkan sebuah masjid yang layak. Makanya satu lantai khusus untuk masjid, kenapa tidak?

Semoga keberadaan masjid di dalam gedung perkantoran menjadikan karyawannya lebih produktif dan lebih berintegritas. Bukan lebih malas karena ke masjid sekalian rebahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun