Tapi agar tidak kecewa, berpolitiklah dengan santun, dengan niat mencari persahabatan. Maksudnya, kita tidak kasak-kusuk demi jabatan, itu terlalu kasar. Jadi kalaupun jabatan yang diidamkan belum diraih, kita tidak down dan masih punya harapan, karena pertemanan itu adalah investasi.
Tentang pengalaman saya sendiri, agak sedikit unik. Saya jujur mengakui tidak bisa berpolitik. Tapi saya punya sedikit keberuntungan karena di paruh pertama dekade 90-an saya beberapa kali menulis opini tentang perekonomian yang dimuat oleh koran Kompas.
Dari aktivitas menulis itulah nama saya masuk radar Divisi Human Capital. Perlu diketahui, perusahaan tempat saya berkarir merupakan BUMN dengan jumlah karyawan amat banyak (punya kantor cabang di semua kabupaten, bahkan ada cabang pembantu di kota kecamatan), sehingga tanpa sesuatu yang menonjol, sulit untuk masuk radar tersebut.
Tapi kelemahan saya, ya itu tadi, tidak bisa berpolitik, namun saya sangat bersyukur bisa finish di posisi kepala divisi. Level di atas itu adalah Direksi yang penunjukannya merupakan kewenangan Kementerian BUMN.
Sebagai penutup, perlu dicamkan, sepanjang kita mencintai pekerjaan dan bisa menikmatinya, apalagi ikhlas diniatkan sebagai ibadah, maka ada atau tidak ada jabatan, tidaklah masalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H