Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Awal Liburan Panjang, Tersiksa 155 Menit di Jalan Tol Layang Japek II

23 Desember 2019   00:07 Diperbarui: 23 Desember 2019   08:41 4642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada yang kebelet | Dokumentasi pribadi

Sebelum masuk tol layang di km 5 saya sudah bertemu kemacetan, namun 1 km menjelang tol layang, kembali lancar. Maka dengan yakin, saya pun naik tol layang di gerbangnya di km 9. Saat itu jam menunjukkan angka 08.29.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Namun dugaan saya salah total. Baru sekitar 2 km saya berada di atas tol layang, saya pun mendadak kaget melihat demikian banyak kendaraan yang berjalan lamban kayak keong, bahkan kadang-kadang terhenti sama sekali.

Maka drama "horor" itu pun dimulai. Saya memaklumi, banyak pengguna jalan yang berbondong-bondong masuk tol layang karena terlanda euforia, penasaran bagaimana rasanya melayang sejauh 39 km. 

Akhirnya bahu jalan yang harusnya untuk jalur darurat, disesaki kendaraan juga. Harusnya ada running text elektronik yang mengumumkan kondisi padat tidaknya jalan tol layang 1 km sebelum gerbang masuk. 

Atau bisa jadi pengumuman itu ada, tapi luput dari perhatian saya dan orang lain yang tak sabar ingin menikmati jalan tol layang.

Kemudian terjadi stuck yang relatif lama di km 19. Jalan sedikit, stuck lagi. Akhirnya salah satu sumber kemacetan terlihat di km 31. Ada kendaraan yang pecah bannya dan sedang menepi di jalur darurat dibantu oleh petugas jalan tol. 

Ada pula pengendara yang berhenti di jalur darurat karena buang air kecil di balik ban belakang sebelah kiri. Inilah dampaknya tidak adanya rest area.

Setelah itu perjalanan agak lancar. Tapi mulai km 34 macetnya makin menjadi-jadi. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana sumpah serapah pengguna tol layang, kalau nanti sudah membayar mahal, tapi bertemu macet parah seperti ini.

Tentu keberadaan pos pembayaran di jalan tol layang, juga akan menambah kemacetan. Menurut saya, kalau sama-sama macet, lebih baik macet di tol bawah, karena lebih lebar jalannya dan ada rest area. Tidak gampang menahan buang air berjam-jam dan bahkan bisa mendatangkan penyakit. 

Ada yang kebelet | Dokumentasi pribadi
Ada yang kebelet | Dokumentasi pribadi
Lagi mangkel-mangkel begitu, eh, ada suara nguing-nguing pertanda ada pejabat tinggi yang didahului motor pengawalnya. Maka semua mobil pun mepet-mepet memberi jalan.

Jalan tol layang yang normalnya untuk dua mobil berjejer dipaksa jadi memuat empat mobil sejajar, karena bahu jalan dipakai dan satu jalur buat mobil pejabat itu tadi. Kaca spion antar mobil pun hampir bersenggolan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun