Harganya dalam jangka panjang, cenderung naik secara konsisten, meskipun sesekali juga turun, namun tidak begitu signifikan.
Makanya bagi perusahaan asuransi yang memakai uang yang diterima dari nasabah untuk berinvestasi, yang aman memang membeli saham blue chip.
Sebaliknya bila membeli saham gorengan, sangat riskan. Uang yang ditanamkan bisa tenggelam tak berbekas. Itulah yang terjadi pada kasus Jiwasraya.Â
Dilansir dari wartaekonomi.co.id (26/12/2019), saham gorengan yang membuat Jiwasraya terpuruk antara lain saham Inti Agri Resources, SMR Utama, dan Alfa Energi Investama.
Kemudian dari berita di detik.com, saham gorengan yang juga dikoleksi Jiwasraya antara lain adalah Prima Cakrawala Abadi, Eureka Prima Jakarta, Graha Andrasentra Propertindo, Pool Advista Finance, dan Trada Alam Minera.
Mungkin nama-nama perusahaan di atas tidak akrab di telinga publik. Tapi itulah yang menjadi pilihan manajemen Jiwasraya yang lama dalam berinvestasi.
Ketentuan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) bukannya tidak diperbaiki untuk melindungi investor dari permainan saham gorengan yang dilakukan oknum yang bekerja sama dengan perusahaan sekuritas yang menjadi perantara.
Kalau tidak keliru sekarang bila harga saham sebuah perusahaan yang melantai di BEI tiba-tiba naik tajam atau turun tajam melebihi persentase tertentu dari harga sehari sebelumnya, maka perdagangan saham tersebut dihentikan.
Perdagangan saham dimaksud baru dibolehkan kembali setelah manajemen perusahaan memberikan penjelasan ke BEI tentang apa yang terjadi atau apa penyebab dari pergerakan harga yang ekstrim itu.
Namun sampai sekarang, meskipun sudah berkurang, saham gorengan masih saja bergentayangan, paling tidak terbukti dengan apa yang dialami Jiwasraya.
Direktur Utama Jiwasraya sekarang, Hexana Tri Sasongko, menyatakan tidak mau membeli saham gorengan lagi. Hexana membuat panduan investasi yang lebih sehat.