Tentu ia bingung memilih dan bisa-bisa si tamu menilai koordinasi di bank tersebut lemah, masing-masing divisi ingin menonjol sendiri.
Tapi itu dulu. Sekarang bank yang saya maksud hanya punya dua MIP, yang satu bersifat umum, yang satu lagi khusus buat nasabah prioritasnya.Â
Konten dari berbagai divisi diseleksi oleh redaksi, mana yang pas masuk ke MIP. Yang tak dimuat MIP, bisa dimuat di edisi daring.
Jelaslah bahwa sampai sekarang MIP masih berkibar dan diperkirakan akan tetap eksis khususnya di perusahaan yang tergolong mapan.Â
Artinya perusahaan tersebut punya kemampuan dalam mengalokasikan anggaran, lazimnya dimasukkan pada pos biaya promosi atau biaya humas.
Keberadaan MIP sekaligus menjadi lahan yang masih terbuka bagi para penulis lepas dan juga juru foto terutama tentang materi perjalanan, hiburan, dan gaya hidup, karena kebanyakan MIP membutuhkan tulisan dari orang luar, tidak semua ditulis oleh staf perusahaan atau redaksinya.
Bahkan tidak sedikit MIP yang redaksinya orang luar perusahaan dan yang mengelolanya diserahkan ke konsultan komunikasi yang berpengalaman menerbitkan MIP.
Pertanyaannya, apakah MIP sekadar menunda masa senjanya atau akan tetap bertahan dalam waktu amat panjang, katakanlah sampai puluhan tahun lagi?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H