Sebuah jembatan roboh di obyek wisata Penangkaran Rusa Cariu di Tanjungsari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (2/1). Karena "tertelan" oleh berita pesta tahun baru di beberapa tempat, publik tidak banyak yang membahas musibah yang menelan 34 orang korban itu, di antaranya 13 luka berat dan seorang meninggal dunia.
Sebagaimana yang diberitakan Kompas (3/1), jembatan yang roboh itu berupa jembatan gantung dengan penyangga dari besi baja setinggi 7 meter, tapi pijakannya berbahan dasar bambu. Di depan jembatan sudah tertulis peringatan bahwa kapasitas jembatan maksimal menampung sepuluh orang.
Namun saat musibah terjadi, warga terlalu antusias sehingga tidak memperhatikan tulisan peringatan itu. Sedangkan penjaga dari bintara pembina desa (babinsa) tak dapat menghalau puluhan orang yang memaksa melintasi jembatan.
Peristiwa di atas kembali mengusik perhatian masyarakat tentang standarisasi infrastruktur di obyek wisata. Apakah selama ini ada pengujian kelayakannya oleh dinas pariwisata setempat. Lalu apakah pengujian itu dilakukan secara berkala, katakanlah setiap tahun.
Hal ini menjadi semakin penting mengingat obyek wisata yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat semakin banyak. Tentu hal ini harus kita sambut positif, bahkan perlu diberi apresiasi, pertanda sebagian warga makin berkembang kreativitas dan inovasinya.
Lalu hanya bermodalkan beberapa foto tentang obyek wisata swadaya tersebut yang dipasang di media sosial, ramailah para pelancong berdatangan. Ekonomi desa di sekitar lokasi wisata itupun terangkat, antara lain dari penerimaan biaya parkir kendaraan, retribusi masuk obyek, penjualan makanan-minuman, cendera mata, tukang foto yang langsung dicetak, dan sebagainya.
Maka di pedesaan yang terletak di dataran tinggi, semakin gampang bagi pelancong untuk mencapai lokasi yang unik untuk berfoto. Telah tersedia jalur tracking ke anjuangan tempat berfoto. Anjungannya itu sendiri dibuat dengan rancangan yang unik.Â
Ada pula yang membangun tangga berbahan bonggol kayu dengan pagar pengaman dari ranting kayu, jembatan gantung atau jembatan biasa dari bambu, rumah-rumah pohon, dan berbagai kreasi lainnya. Semuanya demi mengundang makin banyak pengunjung.
Nah, terhadap semua infrastruktur wisata di atas itulah, pemerintah perlu melakukan uji keselamatan dan menetapkan standarisasi minimal yang harus tersedia.
Bagi pengelola wisata perlu pula mempunyai petugas khusus yang mengawasi keselamatan pengunjung, serta menyediakan kotak P3K di posko, sebagai upaya pertolongan pertama bila ada kecelakaan.Â