Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mempertanyakan Aspek Keselamatan di Obyek Wisata Swadaya Masyarakat

7 Januari 2018   16:24 Diperbarui: 7 Januari 2018   16:30 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan di Lembah Harau, Sumbar, di atas pasti tidak mampu menampung banyak orang (dok.pribadi)

Sebuah jembatan roboh di obyek wisata Penangkaran Rusa Cariu di Tanjungsari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (2/1). Karena "tertelan" oleh berita pesta tahun baru di beberapa tempat, publik tidak banyak yang membahas musibah yang menelan 34 orang korban itu, di antaranya 13 luka berat dan seorang meninggal dunia.

Sebagaimana yang diberitakan Kompas (3/1), jembatan yang roboh itu berupa jembatan gantung dengan penyangga dari besi baja setinggi 7 meter, tapi pijakannya berbahan dasar bambu. Di depan jembatan sudah tertulis peringatan bahwa kapasitas jembatan maksimal menampung sepuluh orang.

Namun saat musibah terjadi, warga terlalu antusias sehingga tidak memperhatikan tulisan peringatan itu. Sedangkan penjaga dari bintara pembina desa (babinsa) tak dapat menghalau puluhan orang yang memaksa melintasi jembatan.

Peristiwa di atas kembali mengusik perhatian masyarakat tentang standarisasi infrastruktur di obyek wisata. Apakah selama ini ada pengujian kelayakannya oleh dinas pariwisata setempat. Lalu apakah pengujian itu dilakukan secara berkala, katakanlah setiap tahun.

Hal ini menjadi semakin penting mengingat obyek wisata yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat semakin banyak. Tentu hal ini harus kita sambut positif, bahkan perlu diberi apresiasi, pertanda sebagian warga makin berkembang kreativitas dan inovasinya.

Lalu hanya bermodalkan beberapa foto tentang obyek wisata swadaya tersebut yang dipasang di media sosial, ramailah para pelancong berdatangan. Ekonomi desa di sekitar lokasi wisata itupun terangkat, antara lain dari penerimaan biaya parkir kendaraan, retribusi masuk obyek, penjualan makanan-minuman, cendera mata, tukang foto yang langsung dicetak, dan sebagainya.

Maka di pedesaan yang terletak di dataran tinggi, semakin gampang bagi pelancong untuk mencapai lokasi yang unik untuk berfoto. Telah tersedia jalur tracking ke anjuangan tempat berfoto. Anjungannya itu sendiri dibuat dengan rancangan yang unik. 

Ada pula yang membangun tangga berbahan bonggol kayu dengan pagar pengaman dari ranting kayu, jembatan gantung atau jembatan biasa dari bambu, rumah-rumah pohon, dan berbagai kreasi lainnya. Semuanya demi mengundang makin banyak pengunjung.

Nah, terhadap semua infrastruktur wisata di atas itulah, pemerintah perlu melakukan uji keselamatan dan menetapkan standarisasi minimal yang harus tersedia.

Bagi pengelola wisata perlu pula mempunyai petugas khusus yang mengawasi keselamatan pengunjung, serta menyediakan kotak P3K di posko, sebagai upaya pertolongan pertama bila ada kecelakaan. 

Anjungan tempat berfoto di Dieng (dok.pribadi)
Anjungan tempat berfoto di Dieng (dok.pribadi)
Jembatan di Lembah Harau, Sumbar, di atas pasti tidak mampu menampung banyak orang (dok.pribadi)
Jembatan di Lembah Harau, Sumbar, di atas pasti tidak mampu menampung banyak orang (dok.pribadi)
Bumi nusantara kita memang dikarunia pemandangan alam yang indah. Bahkan boleh dikatakan tidak ada satupun kabupaten di Indonesia yang tidak punya obyek wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun