Mohon tunggu...
Irwan Partono
Irwan Partono Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis - Peneliti - Marketing Consultant - Motivator - IT Programmer - StartUp Developer

Penulis - Peneliti - Marketing Consultant - IT Programmer - StartUp Developer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Raden Michael

2 Februari 2022   09:07 Diperbarui: 2 Februari 2022   09:09 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerajaan 'kolam susu', sebuah kerajaan menganut sistem 'demokrasi terpimpin' istilah halusnya, dan --'otoriter full tetapi tersamar' istilah sedikit  kasarnya-- dengan jumlah penduduk di atas rata-rata dengan digit 9 angka berderet, rangking papan atas di urutan rangking terbanyak se'verse'. --verse=jagad raya--

-----

Masalah muncul saat para pembatu raja mengadakan rapat tertutup --sangat rapat semua pintu dikunci. Semut pun dilarang masuk! Apalagi rakyat ....-- untuk mengambil kebijakan bidang pendidikan kerajaan itu sebagai antisipasi dampak pandemi 'flu termodifikasi' yang sangat mematikan itu.

'Punggawa digital' yang dipilih oleh sang Raja karena kecanggihan ilmu teknologinya --otak pintarnya, otak digitalnya-- tak berdaya menghadapi keroyokan puluhan punggawa seniornya yang masih berkiblat era '1.0 verse'. Atau dikenal era kerajaan kuno yang menjunjung tinggi nilai-nilai 'manualisme' --manualisme=makin manual makin ok--.

Sang Raja pun tak sanggup membela punggawa digital pilihannya, dia tak berkutik jika berhadapan dengan kaum 'manualis' punggawa-punggawa kaum era '1.0 verse'. Bayangan takut diimpeachment, dikeroyok lalu dijatuhkan dan di'smackdown' rame-rame membuat bulu kuduk sang Raja berdiri.

Akhirnya kerajaan 'kolam susu' memaksakan diri menganut sistem pendidikan 'full manual' meskipun notabene sangat membahayakan keselamatan anak-anak dan rakyat pada umumnya. Sebuah kebijakan konyol yang dipaksakan, kebijakan yang sudah usang jauh tertinggal dan tak cocok jika diterapkan di era sekarang atau era '4.0 verse'.

Ada ratusan ribu bahkan jutaan anak menjadi korban otorian dalam pengambilan keputusan sepihak oleh kaum manualis yang memanfaatkan kekuasaannya untuk mengubah bidang pendidikan di kerajaan 'kolam susu' mundur lagi ke versi 1.0 verse.

Raden Michael, menjadi salah satu korban dari kebijakan otorian itu. Namun tetap berjuang demi kemajuan negeri 'kolam susu' yang sangat dicintanya.

Perjuangan memang berat, kalah itu 'rapopo' semboyannya. --rapopo=tidak apa-apa-- Yang penting adalah berjuang untuk maju, bukan berjuang untuk mundur kembali ke era 1.0 verse.

-----

Cita-cita dan perjuangan Raden Michael itu sederhana yaitu ingin memajukan sistem pendidikan kerajaannya untuk menghadapi persaingan yang lebih sadis di era berikutnya, era '5.0 verse' dan era-era lanjutannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun