Jakarta, 2004
Di sebuah klinik bersalin ibukota. Terpampang papan nama Klinik Bersalin Batavia Ibu Bahagia Sejahtera. -- Dua dokter spesialis kandungan secara hampir bersamaan berhasil menolong dua ibu orang melahirkan putra-putrinya.
Seorang ibu bernama Vika melahirkan seorang anak laki-laki, ganteng, mirip anak bule dan ibu lain bernama Vina melahirkan seorang putri cantik mirip ibunya.
Kedua dokter spesialis itu keluar dari ruang persalinan untuk memanggil kedua ayah dari dua bayi yang lahir hampir bersamaan. Masing-masing dokter menjelaskan tentang hasil persalinan, bayi mereka sehat dengan tubuh sempurna. Diberitahukan pula jenis kelamin bayi mereka. Dan kondisi ibu baik-baik saja.
Terlihat wajah lega dan gembira dari kedua ayah masing-masing bayi.
Kedua ayah dari masing-masing bayi yang dari tadi menunggu di luar ternyata telah saling berbincang akrab. Bahkan mereka berdua sepakat untuk memberi nama masing-masing bayi mereka dengan nama belakang "Batavia".
Alasannya, kedua bayi itu dilahirkan di klinik dengan nama Batavia. Di ibukota Jakarta atau dikenal dengan sebutan Batavia di era kolonial Belanda. Kedua ayah dari masing-masing bayi berharap kedua putra-putrinya suatu saat bisa dipertemukan kembali setelah mereka dewasa. Untuk mengingatkan sejarah kelahiran mereka, kedua bayi itu akan diberi nama belakang "Batavia".
Ayah dari bayi laki-laki memberi nama putranya dengan nama, Batara Batavia, sedangkan ayah dari bayi perempuan memberi nama putri cantiknya dengan nama, Nadia Batavia. Dan mereka sepakat memanggil anak mereka dengan panggilan sama. "Batavia".
Panggilan Batavia akan menjadi pengingat bahwa mereka sejak dalam kandungan telah bertemu dan saling mengenal. Bahkan dilahirkan di tahun, hari, jam, menit dan detik yang hampir sama. Di tempat yang sama.
------
Jakarta, 2021
Di sebuah SMA swasta terkenal di Jakarta, SMA Batavia.
"Batavia". Panggilan beken seorang siswa dengan nama lengkap Batara Batavia. Kebetulan sama dengan nama sekolahnya.
Batavia dikenal sebagai anak pintar multi talenta. Memiliki suara emas, vokalis group band kebanggaan Sekolah Menengah Atas itu. Dengan tubuh atletis Batavia juga dikenal sebagai pemain basket andalan sekolah itu.
Hampir semua cewek, baik teman sekelasnya atau kelas lain sangat mengidolakannya. Namun hingga kini Batavia masih enggan berpacaran.
Batavia bersama anggota group band sekolah itu selalu nongkrong di kantin pak Jon Bule setiap jam istirahat. Mereka sangat akrab dan selalu penuh canda tawa. Suasana kantin nggak bakal sepi jika mereka berada di kantin itu. Â
Canda tawa menggelegar Batavia dan kawan-kawan terdengar jelas hingga di ruang guru yang berada di seberang kantin itu. -- Hanya terpisah oleh lapangan upacara sekolah. --
Para guru dan kepala sekolah selalu ikut tertawa di ruang guru saat mendengar tawa si Sultan, gitaris group band sekolah itu yang terdengar sangat kencang tetapi lucu. Tawa Sultan mirip kokok "ayam tertawa". -- ayam tertawa adalah ayam jantan yang bunyi kokokannya seperti orang sedang tertawa. --
Beberapa cewek sering nimbrung dalam kumpulan para cowok sekolah itu. Cindy salah satu cewek tercantik di sekolah itu sangat terobsesi ingin menjadi pacar Batavia, Cindy selalu ada dimana Batavia, vokalis ganteng group band sekolah itu berada. Namun semua siswa di sekolah itu tahu bahwa Cindy bukan pacar Batavia.
-------
Pesan terakhir ayah Batavia
Batavia tetap berkomitmen untuk tidak memiliki pacar dulu, karena dia ingin menuruti pesan terakhir ayahnya. Ayah Batavia menginginkan putra satu-satunya untuk tidak berpacaran dulu sebelum bertemu seorang cewek yang bernama Nadia Batavia dan dipanggil dengan nama "Batavia". Cewek seumurannya yang lahir hanya beda beberapa detik di Klinik Bersalin yang sama.
Ayah Batavia menceritakan sejarah kelahiran mereka. Menceritakan bagaimana ayahnya dan ayah cewek itu telah berkomitmen memberi nama yang sama "Batavia" kepada putra-putrinya. Dan berharap setelah dewasa, keduanya berjodoh, dan bisa bertemu kembali.
Ayah Batavia tidak tahu dimana keberadaan cewek itu dan keluarganya. Tidak tahu mereka tinggal di kota mana. Sebab ayahnya adalah seorang anggota TNI yang sering pindah tugas dari satu kota ke kota lain seluruh Indonesia.
Sebelum meninggal karena sakit komplikasi, ayah Batavia berpesan agar anaknya mencari keberadaan Nadia Batavia. Yang dipanggil "Batavia". Pesan sang ayah sebelum menghembuskan nafas terakhir.
-------
Kantin sekolah.
Di kantin pak Jon, sebuah kantin dengan deretan kursi panjang, kantin favorit anak-anak SMA Batavia nongkrong saat istirahat. Pak Jon sangat ramah sehingga kantin itu selalu dipenuhi oleh murid cowok maupun cewek. Di kantin itu tersedia puluhan meja panjang dan masing-masing dengan kursi kayu panjang di sebelah kanan kiri meja.
Pak Jon dengan rambut pirang biasa dipanggil pak Jon Bule oleh anak-anak. Ya memang pak Jon Bule masih asli keturunan Belanda. Nama asli pak Jon Bule adalah Jon Van Nederberg.
-------
Di kantin pak Jon Bule
Suatu hari di kantin pak Jon Bule, Batavia terlihat suntuk, sangat serius dan berpikir keras. Siswa ganteng itu nampak aneh. Batavia yang biasa ceria, hari itu hanya duduk diam dengan kedua tangan menyangga dagunya. Mata menerawang kosong. Seperti presiden sedang pusing memikirkan pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhir.
"Batavia, kenapa lu?!" tanya Sultan teman sekelas dan kebetulan sepupunya, kebetulan beda postur tubuh, beda kegantengannya. Faktor genetik dari ayah mereka masing-masing.
Batavia tak bergeming, diam seribu bahasa. Pandangannya tetap kosong, lurus ke depan, kedua mata tak berkedip selama hampir seperempat jam.
"Tan, tumben, kenape Batavia diam gitu?" tanya Jody penabuh drum dengan tubuh kekarnya.
"Kenapa sih, Tan?" Jody mencoba ramah mengajak diskusi Sultan karena tak seperti biasa Batavia terlihat murung seperti itu.
"Tan, Tan, emang gue tante lu? Panggil nama orang jangan sembarangan, lu Jod!!"
Sultan memang kesel banget jika dipanggil "Tan." Karena sejak SD Sultan sering dibully teman-temannya dengan ejekan. "Tan, Tan .... Tante ...."
-----
Pantangan Sultan dipanggil "Tan"
Sultan marah sekali jika ada orang memanggilnya "Tan". Tabu sekali baginya dipanggil dengan panggilan itu. Namun kali ini Sultan tidak bakal marah karena dia takut sekali jika berhadapan dengan Jody si Hulk sekolah itu. Tubuh besar dan kekar mirip tokoh film Hulk.
Waktu mereka masih kelas 7, sepulang sekolah, saat sekolah sepi. Jody dan Sultan pernah berantem gara-gara bersaing untuk mendapatkan Cindy, siswi kelas 7 tercantik di kelasnya. Idola baru di sekolah itu. Mengalahkan kecantikan Desi kakak kelas mereka.
Namun berhubung tubuh Sultan kecil mungil mudah sekali Jody Hulk mengalahkannya. Jody mengangkat tubuh Sultan dan menaruhnya di ranting pohon tinggi di halaman sekolah lalu meninggalkannya begitu saja. Saat itu, Sultan meraung-raung minta tolong untuk diturunkan. Sialnya sekolah sudah kosong. Tak satupun murid lain di sana. Begitupun para guru dan kepala sekolah sudah pulang semua.
Sore menjelang magrib, pak Jon Bule menyapu halaman sekolah, dilihatnya Sultan yang tercentel bak jemuran di pohon tinggi. "Hah, itu Sultan kenapa di atas pohon?"
Pak Jon Bule pun mendekati pohon itu. Dengan sisa suara terakhir, Sultan minta tolong pak Jon Bule untuk dibantu turun dari pohon.
Dengan sigap pak Jon Bule memanjat tembok pagar sekolah, dan membantu Sultan turun. "Lu kenapa Tan? Iseng banget sih lu?"
Sultanpun minta diturunkan dulu, setelah itu dia akan menceritakan kronologinya.
------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H