Chelsea telah mantap menetapkan diri untuk tinggal di rumah gue. Dengan salah satu pertimbangan dia tidak bisa tinggal lebih lama lagi di apartemen Tere, cewek tomboy teman sekampusnya.Karena mendadak kakak laki-laki Tere mendapat panggilan kerja di sebuah bank dekat apartemen Tere, dan orang tua mereka menyuruh sang kakak tinggal bersama adiknya.
Apartemen Tere terbilang kecil. Tipe studio. Hanya satu kamar sehingga tak memungkinkan mereka tinggal bertiga di sana.
-------
Di Rumah Baru Gue.
Semua barang pribadi Chelsea telah kami pindahkan dari apartemen Tere ke rumah gue.
Bangunan rumah gue sangat luas. Sebuah rumah mewah 3 lantai -- yang gue beli dari hasil royalty 3 judul novel gue yang kebetulan best seller 3 tahun berturut-turut lalu, -- dan telah selesai direnovasi. Rumah bergaya Arab modern dengan beberapa kamar, lengkap dengan fasilitas-fasilitas mewah.
Gue sendirian menempatinya. Sepi sekali terasa, semenjak Laela, adik perempuan gue harus berangkat ke Rusia, menyelesaikan kuliah S1 Bahasa Rusianya.
Namun, kini rumah gue tak akan sepi lagi karena sudah ada Celsea, seorang gadis manja yang menemani. Chelsea telah gue anggap sebagai adik sendiri. Adik manja yang pantas disayang oleh abangnya.
--------
Di depan sebuah pintu kamar di lantai 2.
"Chelsea, ini kamar kamu. Ini kuncinya. Kamu punya privasi penuh atas kamar ini."
Gue menunjukkan kamar yang akan ditempati Chelsea. Gue berikan sebuah kunci dengan gantungan berbentuk hati berwarna putih kepada gadis itu. Gue berikan juga beberapa kunci lainnya, diantaranya kunci pintu utama rumah, kunci pintu darurat, kunci pintu garasi, dan tak lupa kunci pintu pagar. Agar ketika gue tidak sedang berada di rumah, Celsea bisa bebas keluar rumah untuk menjalankan aktivitasnya secara mandiri.
"Penghuni rumah ini hanya kita berdua. Jadi harus bisa jaga diri masing-masing." sebuah wejangan penting agar dia perhatikan.
Chelsea mengangguk.
Lalu gue membalikkan badan dan menunjuk pintu kamar dengan huruf A besar warna oranye.
"Itu kamar gue." sambil menunjukkan dimana kamar pribadi gue.
"Sebelah kamar gue, yang pintu warna pink itu kamar Laela, adik perempuan gue yang sekarang kuliah ke Rusia. Semoga tiga tahun lagi selesai dan pulang ke Indonesia."
Chelsea menggangguk tanda mengerti. Kemudian, gue mengajaknya menuju ruangan-ruangan lainnya.
"Ini dapur, dimana gue biasa masak sendiri masakan kesukaan gue. Itu bar kecil dimana sering gue duduk minum teh, atau kopi sendiri untuk cari inspirasi. Di samping bar itu, ruang tempat nonton tv atau main game dan aktivitas santai lainnya. "
"Ruang dengan penyekat kaca itu tempat gym dan yoga. Kamu bisa berolahraga, senam atau yoga di sana. Di dalam ruang itu ada kamar mandi lengkap bathup untuk memanjakan diri berendam air hangat dan di sebelahnya ada ruang sauna. Kamu boleh pakai semua fasilitas di rumah ini jika menginginkannya. Jangan sungkan-sungkan dan malu, anggap ini rumah kamu sendiri. Kamu sudah menjadi adik gue. Ok sayaaannnggg?"
"Ada satu lagi, kolam renang di lantai 3."
Chelsea pun mengangguk, dan nampak kedua matanya berbinar-binar tak percaya dia bisa tinggal dan memakai semua fasilitas rumah mewah yang mungkin tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
"Ini semua bukan mimpi kan, Bang?"
"Ini nyata. Ini nyata Chelsea. Ini semua berkat Sang Pencipta untuk kamu nikmati dan syukuri. Sang Pencipta ingin menghibur dan menyenangkan hatimu karena telah sekian lama kamu teruji tabah menderita karena ulah perbuatan orang jahat tak bertanggung jawab di peristiwa kerusuhan itu. Bersyukurlah. Ok? Ok sayanggg ... ?"
Chelsea pun tak kuasa menahan air mata harunya, gadis itu memeluk erat tubuh gue. "Thank's, Bang untuk semua ini."
Beberapa saat dengan pelan Chelsea melepaskan pelukannya. Lalu dengan cepat gue ambil saputangan sutera dari saku. Untuk menghapus air matanya. "Sudah, jangan menangis lagi. Jangan menangis lagi, ya Celsea sayang. Ok? Jangan menangis lagi ya?"
"OK." katanya masih terisak sambil memengangi saputangan sutera itu.
Lalu gue melanjutkan menunjukkan salah satu ruang favorit gue.
"Ini ruang kerja gue. Ini sekaligus perpustakaan pribadi gue. Lihat ada ribuan buku yang gue koleksi sejak SD. Semua gue simpan rapi berdasarkan kategorinya, di rak-rak kaca itu. Di sinilah, tempat dimana gue menghabiskan sebagian besar waktu gue."
"Membaca, menulis, menuangkan semua ide dalam bentuk novel-novel yang mungkin beberapa diantaranya sudah kamu baca."
"Jika kamu ingin bertemu gue, kapanpun, 24 jam, carilah gue di sini. 90 persen pasti ketemu. Kecuali gue baru mandi. He3x. Jika kamu cari gue disini pasti tak bakalan ketemu. Masa gue mandi di perpustakaan, apa kata dunia? He3x."
"Iiih bang All bisa saja, saya serius malah bercanda." Chelsea gemas, sebuah cubitan melayang ke lengan gue.
"Nah gitu doonnnnggg ceria. Kamu makin manis kalau ceria begini." gue acungkan jempol dan mencubit lirih kedua pipinya.
"Iiii Abang mulai nakal." teriaknya manja.
----------
"Chelsea sayaangg ... ada yang ingin kamu tanyakan?"
"Kenapa bang All kasih kunci kamar ke Chelsea? Kenapa harus dikunci?" tanyanya polos.
"Ya harus dikunci dong. Kamu kan cewek."
"Memang kenapa, Bang?"
"Ya harus dikunci. Jangan sampai ada "Ninja" iseng masuk ke kamar kamu."
Sejenak Chelsea menyipitkan matanya, berpikir.
"Oh, disini sering ada "Ninja" masuk kamar orang ya?"
"He3x. Bukan. Bukan itu maksud gue, itu cuma kiasan. Kan rumah ini tidak ada satpamnya. Ya kan? Jadi masing-masing harus bisa jaga diri sendiri."
"O, begitu ya? Emang sering ada penjahat atau pencuri di daerah sini?" tanyanya begitu polos.
"Bukan. Maksudnya kamu kan cewek, gadis dewasa. Jadi harus punya privasi yang orang lain tidak boleh mencampurinya. Termasuk masuk ke kamar pribadi kamu tanpa ijin dari kamu. Begitu, ngerti?"
"Dan nggak mungkin abang temani kamu tidur di kamar kamu, lalu bacain cerita si Kancil supaya kamu cepat tidur. Chelsea kan gadis dewasa. Mengerti maksud abang, kan?"
"Em ... ok."
"Em, ok ok tapi ngerti nggak maksud gue?"
"Iya Bang, saya harus bisa jaga diri. Chelsea gadis dewasa."
"Ok good girl." gue beri kecupan termanis dari seorang abang ke adiknya perempuannya.
"Ok Chelsea, sekarang kita istirahat dulu ya? Kamu ke kamar kamu, abang ke kamar abang. Jangan lupa mandi dan ganti baju. Ok?"
"Ok, abang sayaaannnngggg. Muahhh."
All geleng-geleng kepala, heran sekali masih ada juga gadis lugu, polos di kota besar ini?
All terbayang-bayang dengan Laela, adik perempuannya yang harus berangkat sendirian kuliah di Rusia tanpa pengawalannya.
--------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H