Gue menunjukkan kamar yang akan ditempati Chelsea. Gue berikan sebuah kunci dengan gantungan berbentuk hati berwarna putih kepada gadis itu. Gue berikan juga beberapa kunci lainnya, diantaranya kunci pintu utama rumah, kunci pintu darurat, kunci pintu garasi, dan tak lupa kunci pintu pagar. Agar ketika gue tidak sedang berada di rumah, Celsea bisa bebas keluar rumah untuk menjalankan aktivitasnya secara mandiri.
"Penghuni rumah ini hanya kita berdua. Jadi harus bisa jaga diri masing-masing." sebuah wejangan penting agar dia perhatikan.
Chelsea mengangguk.
Lalu gue membalikkan badan dan menunjuk pintu kamar dengan huruf A besar warna oranye.
"Itu kamar gue." sambil menunjukkan dimana kamar pribadi gue.
"Sebelah kamar gue, yang pintu warna pink itu kamar Laela, adik perempuan gue yang sekarang kuliah ke Rusia. Semoga tiga tahun lagi selesai dan pulang ke Indonesia."
Chelsea menggangguk tanda mengerti. Kemudian, gue mengajaknya menuju ruangan-ruangan lainnya.
"Ini dapur, dimana gue biasa masak sendiri masakan kesukaan gue. Itu bar kecil dimana sering gue duduk minum teh, atau kopi sendiri untuk cari inspirasi. Di samping bar itu, ruang tempat nonton tv atau main game dan aktivitas santai lainnya. "
"Ruang dengan penyekat kaca itu tempat gym dan yoga. Kamu bisa berolahraga, senam atau yoga di sana. Di dalam ruang itu ada kamar mandi lengkap bathup untuk memanjakan diri berendam air hangat dan di sebelahnya ada ruang sauna. Kamu boleh pakai semua fasilitas di rumah ini jika menginginkannya. Jangan sungkan-sungkan dan malu, anggap ini rumah kamu sendiri. Kamu sudah menjadi adik gue. Ok sayaaannnggg?"
"Ada satu lagi, kolam renang di lantai 3."
Chelsea pun mengangguk, dan nampak kedua matanya berbinar-binar tak percaya dia bisa tinggal dan memakai semua fasilitas rumah mewah yang mungkin tak pernah dia bayangkan sebelumnya.