Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

TSY dalam Diskursus Pemuda, Perubahan, dan Lanskap Politik Masa Depan

21 April 2017   00:18 Diperbarui: 21 April 2017   09:00 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Jika benar maksud pesannya seperti yang saya tafsirkan, ini jauh lebih menggelikan. Sebab tanpa disadari mereka telah memposisikan masyarakat Bulukumba sebagai sekumpulan orang yang tidak mengerti apa-apa. Menurutku ini gegabah.

Atas keadaan ini, kemungkinan reaksi masyarakat hanya ada dua, tersinggung atau tertawa terbahak-bahak. Tersinggung karena dianggap orang bodoh. Terbahak karena masyarakat merasa jauh lebih cerdas dari sutradara yang bermaksud menyesatkan itu.

Terlepas dari baik buruknya skenario spanduk tersebut, informasi yang dapat dipetik adalah: pertama, bahwa TSY memang sudah diteropong sebagai orang kuat. Ia adalah sosok politisi masa depan yang tak dapat dipandang remeh. Bukan tidak mungkin ia menjelma sebagai pemimpin mashab politik baru tidak hanya di Bulukumba, tapi juga di Sulsel. Kemampuan adaptif terhadap perubahan memungkinkan gaya politiknya menjadi preferensi politik di masa depan. Makanya, ia menjadi sasaran untuk dikeroposkan.

Kedua; memposisikan TSY sebagai satu-satunya pihak yang dianggap bertanggung jawab atas nasib para pedagang dapat dimaknai sebagai taktik untuk memancing TSY menyalahkan Bupati AM. Sukri Sappewali. Dengan begitu, hubungan TSY dengan AMS bisa retak.

Ketiga; juga dapat bermakna sebagai upaya pembusukan jelang Musda Demokrat Bulukumba. Sekadar catatan, TSY adalah kader Demokrat Bulukumba yang paling bersyarat menjadi Ketua.

***

Ketika Pemuda TSY memilih politik sebagai jalan perjuangan, itu tidak berarti bahwa kita pun harus menempuh jalan yang sama. Masih ada begitu banyak jalan pengabdian yang lain. Pengusaha, akademisi, birokrat, juga cukup menarik jadi pilihan. Apapun jalan yang ditempuh, penting dicatat bahwa kata kunci dari semua bentuk peran adalah totalitas. Peran apapun yang dipilih, lakukanlah secara total.

Pada bagian akhir tulisan ini, sebuah pesan saya sertakan. Bukan untuk siapa-siapa, untuk saya sendiri. Bahwa ketika TSY bersama pemuda hebat lainnya sedang berjuang menciptakan nilai pemuda agar layak tertulis dalam buku sejarah, jangan sampai kita berlaku sebaliknya. Mungkin kita tetap tertulis, tapi pada halaman yang paling kusam. Tertulis seperti nama Hitler atau Mussolini. Reaksi setiap kali mengeja namanya selalu sama, caci maki.  

*Ditulis oleh Irwan Ali--Seorang masyarakat Bulukumba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun