Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Johanes Leimena: Politik adalah Etika untuk Melayani

11 Februari 2024   00:52 Diperbarui: 11 Februari 2024   00:52 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Johanes Leimena: Politik adalah Etika Untuk Melayani (Sumber Foto: Medium)

Berbicara tentang politik seringkali membawa asosiasi negatif di benak banyak orang.

Tercoreng oleh skandal, korupsi, dan opportunisme, politik sering terlihat sebagai arena kotor yang jauh dari nilai-nilai moral dan etika.

Namun, di tengah samudera gelap itu, muncul sosok yang mencoba merestorasi makna sejati politik: Johanes Leimena.

Johanes Leimena, seorang tokoh politik Indonesia pada era awal kemerdekaan, telah meninggalkan jejak yang memancarkan sinar terang ke dalam gelapnya dunia politik.

Leimena bukanlah sekadar politisi konvensional yang bermain di ranah kekuasaan semata, tetapi ia adalah sosok yang memandang politik sebagai panggung etika untuk melayani masyarakat.

Pertanyaan mendasar yang muncul: Mengapa politik harus disatukan dengan etika? Apakah mungkin politik tanpa etika bisa benar-benar melayani rakyat dengan baik? Melalui pandangan Leimena, kita akan menjelajahi landasan etika dalam politik dan bagaimana hal itu seharusnya menjadi fokus bagi setiap pemimpin.

Leimena memandang politik sebagai panggung etika bukan sekadar slogan kosong. Baginya, setiap tindakan politik harus tercermin dalam nilai-nilai moral dan keadilan.

Politik bukanlah alat untuk mencapai kepentingan pribadi atau kelompok semata, melainkan sarana untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua.

Seiring dengan itu, Leimena mengajak kita untuk memandang politik sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat.

Bukan sekadar panggung untuk pamer kekuasaan, tetapi sebagai panggung di mana para pemimpin benar-benar mendedikasikan diri untuk kepentingan rakyat.

Namun, di tengah pesan positif Leimena, kita tak bisa mengabaikan kenyataan pahit bahwa etika seringkali tererosi dalam politik modern.

Skandal korupsi, pengkhianatan, dan manipulasi seringkali mendominasi pemberitaan politik, meninggalkan rakyat dengan rasa kecewa dan ketidakpercayaan terhadap sistem.

Apakah mungkin, dalam realitas politik modern yang serba kompleks dan penuh tekanan ini, untuk mempertahankan etika yang tinggi?

Leimena sendiri mungkin akan mengajukan pertanyaan tersebut dan mengingatkan kita bahwa tanpa etika, politik kehilangan substansi sejatinya.

Dalam pandangan Leimena, politik yang sejati bukanlah ajang untuk mencari kekuasaan demi kekuasaan atau kekayaan semata.

Politik yang sejati adalah panggung di mana setiap pemimpin merasa memiliki panggilan untuk melayani.

Leimena sendiri adalah contoh hidup dari semangat pelayanan ini. Selama kariernya, ia tidak pernah kehilangan fokus pada kepentingan rakyat.

Dari tataran lokal hingga tingkat nasional, ia selalu berusaha memajukan kehidupan masyarakatnya, membangun infrastruktur, dan menciptakan kebijakan yang mendukung kesejahteraan bersama.

Tentu saja, perjalanan Leimena tidaklah mudah. Dia dihadapkan pada berbagai godaan, terutama godaan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Namun, melalui tekad dan keberanian, Leimena berhasil menjaga integritasnya sebagai pemimpin yang benar-benar melayani.

Dalam politik modern yang sering kali dikuasai oleh pragmatisme dan kepentingan pribadi, pesan Leimena menjadi cambuk moral bagi setiap pemimpin.

Politik tidak boleh dijadikan ajang untuk memenuhi ambisi diri sendiri, melainkan sebagai wadah untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bersama.

Salah satu warisan terbesar Johanes Leimena adalah keyakinannya pada pentingnya pendidikan politik yang baik.

Baginya, masyarakat yang berpendidikan politik tinggi akan mampu memilih pemimpin yang benar-benar memiliki integritas dan komitmen terhadap pelayanan.

Leimena percaya bahwa melalui pendidikan politik, masyarakat dapat lebih cerdas dalam menilai kualitas seorang pemimpin.

Mereka tidak hanya memilih berdasarkan retorika politik yang indah, tetapi juga mampu menilai integritas dan rekam jejak calon pemimpin.

Bagaimana pandangan Leimena jika ditempatkan dalam konteks politik kontemporer? Dalam era di mana media sosial merajalela dan politik semakin terfragmentasi, apakah pesannya masih relevan?

Leimena mungkin akan menegaskan bahwa nilai-nilai etika dan pelayanan tidak boleh terkikis oleh dinamika zaman. Bahkan, semakin kompleksnya tantangan politik saat ini menuntut kehadiran pemimpin yang lebih kuat etika dan komitmen terhadap pelayanan.

Penting untuk dicatat, politik yang sejati adalah panggung etika untuk melayani, dan kita sebagai masyarakat memiliki peran penting dalam memilih pemimpin yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral.

Melalui pendidikan politik, pemberitaan yang kritis, dan partisipasi aktif dalam proses politik, kita dapat mewujudkan visi Leimena untuk politik yang benar-benar melayani rakyat.

Sehingga, setiap tindakan politik akan menjadi cermin dari etika yang tinggi, bukan sekadar rekayasa kepentingan sempit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun