Namun, di tengah pesan positif Leimena, kita tak bisa mengabaikan kenyataan pahit bahwa etika seringkali tererosi dalam politik modern.
Skandal korupsi, pengkhianatan, dan manipulasi seringkali mendominasi pemberitaan politik, meninggalkan rakyat dengan rasa kecewa dan ketidakpercayaan terhadap sistem.
Apakah mungkin, dalam realitas politik modern yang serba kompleks dan penuh tekanan ini, untuk mempertahankan etika yang tinggi?
Leimena sendiri mungkin akan mengajukan pertanyaan tersebut dan mengingatkan kita bahwa tanpa etika, politik kehilangan substansi sejatinya.
Dalam pandangan Leimena, politik yang sejati bukanlah ajang untuk mencari kekuasaan demi kekuasaan atau kekayaan semata.
Politik yang sejati adalah panggung di mana setiap pemimpin merasa memiliki panggilan untuk melayani.
Leimena sendiri adalah contoh hidup dari semangat pelayanan ini. Selama kariernya, ia tidak pernah kehilangan fokus pada kepentingan rakyat.
Dari tataran lokal hingga tingkat nasional, ia selalu berusaha memajukan kehidupan masyarakatnya, membangun infrastruktur, dan menciptakan kebijakan yang mendukung kesejahteraan bersama.
Tentu saja, perjalanan Leimena tidaklah mudah. Dia dihadapkan pada berbagai godaan, terutama godaan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Namun, melalui tekad dan keberanian, Leimena berhasil menjaga integritasnya sebagai pemimpin yang benar-benar melayani.
Dalam politik modern yang sering kali dikuasai oleh pragmatisme dan kepentingan pribadi, pesan Leimena menjadi cambuk moral bagi setiap pemimpin.