Namun, di sisi lain, ada pula argumen yang menyatakan bahwa program ini memberikan dorongan awal yang sangat dibutuhkan.
Mungkin belum ada efek instan yang dapat terlihat dalam statistik, tetapi memberikan asupan gizi tambahan kepada anak-anak dapat membantu membangun fondasi kesehatan yang kokoh di masa depan.
Salah satu sudut pandang yang perlu kita eksplorasi adalah sejauh mana program pemberian susu dan makan gratis ini diintegrasikan dengan upaya pendidikan gizi.
Apakah kita hanya memberikan makanan secara cuma-cuma, tanpa memberikan pemahaman yang memadai tentang pentingnya pola makan yang seimbang?
Seringkali, masyarakat hanya melihat program ini dari sudut pandang 'susu dan makanan gratis', tanpa melibatkan kesadaran akan pentingnya edukasi gizi.
Pada kenyataannya, memberikan makanan saja mungkin tidak cukup untuk mengatasi stunting.
Diperlukan pemahaman yang mendalam tentang nutrisi, pola makan sehat, dan cara memasukkan kebiasaan-kebiasaan positif ini ke dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, apakah solusinya hanya memberikan susu dan makan gratis, ataukah kita harus merombak sistem pendidikan gizi untuk menciptakan kesadaran yang lebih luas di kalangan masyarakat?
Bagian terpenting dari sebuah tulisan ini adalah memberikan suara kritis yang membangun, bukan hanya sekadar menggebu-gebu tanpa arah.
Kritik yang konstruktif menghadirkan pertanyaan-pertanyaan tajam tentang kebijakan ini, namun juga membuka ruang untuk solusi-solusi yang lebih baik.
Jika kita mempertanyakan kebijakan pemberian susu dan makan gratis ini, kita juga harus siap memberikan alternatif yang lebih baik.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya