Bagaimana dengan kaum lapisan bawah yang bahkan belum memiliki akses internet secara menyeluruh? Apakah identitas digital ini hanya akan menjadi kemewahan bagi mereka yang sudah terbiasa dengan teknologi?
Pentingnya membuka akses pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat yang belum terbiasa dengan teknologi tidak dapat dipandang sebelah mata.
Kebijakan ini seolah-olah menempatkan hambatan baru bagi mereka yang berjuang untuk mengejar ketertinggalan ekonomi dan pendidikan.
Masyarakat yang gagap teknologi bukanlah kelompok minoritas yang bisa diabaikan. Mereka mungkin tidak mahir dalam menggunakan aplikasi, membaca QR code, atau bahkan mengoperasikan perangkat pintar.
Sementara kita merayakan inovasi, kita juga perlu memikirkan cara menyertakan seluruh masyarakat dalam perjalanan menuju identitas digital.
Infrastruktur yang Belum Merata
Selain kesenjangan individual, masalah infrastruktur menjadi sorotan kritis dalam menghadapi transformasi identitas digital.
Di banyak daerah, (termasuk daerah saya) yang masih tergolong dalam wilayah perkotaan, koneksi internet yang tidak stabil atau bahkan tidak tersedia saja, suda menjadi batasan utama. Bagaimana dengan mereka yang di daerah-daerah terpencil?
"Jangankan dulu, kita beralih ke Identitas Kependudukan Digital. Urus E-KTP di dukcapil saja, masyarakat masih di persulit"
Apalagi, saat ini pemerintah merencanakan untuk beralih Ke IKD, selain mereka gaptek, akses internet juga adalah menjadi salah satu kunci penting dalam transformasi ini.
"Pemerintah perlu lebih serius dalam memastikan bahwa infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi merata di seluruh negeri."