Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Damai di Bawah Awan Abu-Abu

5 November 2023   09:02 Diperbarui: 5 November 2023   09:06 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi: "Rindu Damai di Bawah Awan Abu-Abu"

Di bawah awan abu-abu yang menggumpal,

Merajut luka, hati terasa hampa,

Baca juga: Menara Doa

Jerit kesedihan, memenuhi ruang hampa,

Tanah yang merindu, di tengah baku tembak.

Kisah abadi, antara dua tanah suci,

Baca juga: Skakmat di Bayangan

Rindu damai, dalam sunyi yang terkunci,

Wajah-wajah sayu, di tepi barat yang luka,

Hening pilu, tak terucapkan suara dukanya.

Pernah ada waktu, ketika bunga mekar,

Saat jeritan senjata belum menggema,

Namun kini, tiada lagi senyum di sana,

Hanya duka yang mengalir, tak terbendung lagi.

Kaum muda tumbuh di tengah kecamuk,

Bertanya-tanya, apakah ada jalan keluar?

Mimpi mereka terhempas, harapan pudar,

Di antara reruntuhan, masih ada nyanyian damai.

Jerusalem, kota abadi yang pernah bersinar,

Kini memerah oleh kepedihan berkepanjangan,

Tetapi di balik bayang-bayang perang,

Masih ada nyanyian: harapan tak terpadamkan.

Rindu damai mengalun seperti lagu,

Dalam hati setiap anak, ibu, dan bapak,

Di bawah awan abu-abu yang menggumpal,

Mereka tetap merindukan pulang, ke harapan yang abadi.

Biarkanlah puisi ini menjadi doa,

Untuk perdamaian yang tulus dan nyata,

Agar suara hati terdengar dan disadari,

Rindu damai di tanah yang merindu, tak terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun