Saat itu, saya merasa rada minder. Ketika itu, wajah saya masih dipenuhi dengan jerawat, belum mengenal yang namanya gel lidah buaya alias gel aloe itu. Sementara, wajah Beckham sangat halus, berwarna pink, mulus. Ya ampun!
Dua hari kemudian, Sabtu, 22 Maret 2003, kami nonton laga Premier League di Old Trafford, United menjamu Fulham. Ketika itu, kami semua menjadi tamu kehornatan. Wuih, senangnya. Yang lebih menyenangkan lagi, terutama untuk yang mendukung United, Beckham and the Gangs menang 3-0, dengan Ruud van Nistelrooy membuat hattrick.
Peristiwa menyenangkan 18 tahun lalu itu selalu menjadi kenangan indah. Betapa saya dan banyak orang lainnya bisa bertemu langsung dengan David Beckham, berkegiatan bersama.
Dan, beberapa bulan kemudian, pada musim panas, Beckham pun meninggalkan Manchester United, seperti yang sudah diprediksi. Beckham menjadi anggota Los Galacticos Real Madrid, yang membelinya dengan harga 37 juta euro untuk empat musim, atau sekarang nilainya sekitar lebih dari 612 miliar rupiah.
Kini, Beckham masih berkiprah di dunia sepak bola, akan tetapi ia memilih untuk menjadi pemilik klub, bukan sekadar pelatih. Inter Miami menjadi anggota Major League Soccer di Amerika Serikat sana, negara di mana istrinya, Victoria, memiliki bisnis fesyen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H