Hari yang dinantikan pun tiba. Hari itu, 20 Maret 2003, kami sudah siap sejak pukul 6 pagi. Kami semua diminta untuk menunggu bus di luar hotel. Wuh...itu panitia kebangetan. Pagi hari, musim semi, di Manchester. Kombinasi yang sangat padu untuk cuaca yang sangat dingin.
Kami semua menggigil, meski sudah memakai baju berlapis. Long john, kaus dalam, kaus selembar lagi, jaket bagian dalam, dan jaket paling luar yang merupakan seragam. Dingin tak bisa diusir. Meresap ke dalam tulang. Kalau dipikir, suhu pagi itu kira-kira 3-5 derajat C. Berkabut pula.
Ternyata bus datang sudah lebih siang. Lah, buat apa juga kami harus menanti selama itu? Setiba di lokasi, sekitar pukul 10 pagi, kami sarapan terlebih dahulu. Lokasi tempat bertemu Beckham adalah sebuah sekolah, sekira sekolah untuk SD dan SMP.
Beckham datang menjelang tengah hari. Jangan khawatir, tidak ada panas-panasnya pada siang itu. Masih tetap sejuk. Anak-anak yang ada di sekolah itu rupanya tidak mengetahui bahwa sekolah mereka akan didatangi Beckham. Karena itu, ketika Beckham muncul, mereka juga sama gembiranya seperti kami semua.
Beckham datang mengendarai mobil Bentley berwarna cokelat muda. Ia diiringi oleh dua asistennya, keduanya pria, yang tidak kalah kinyis-kinyis dibanding majikannya.
Segera saja kedua asisten itu mengatur segalanya dengan cepat dan efisien, sehingga Beckham bisa melakukan semua kegiatan dengan lancar. Yang paling dinanti adalah sesi wawancara, tentu saja.
Terus terang, saya tidak ingat lagi apa yang saya tanyakan saat itu. Maaf. Yang saya ingat saat itu adalah saya selalu memandang alis kiri Beckham. Mungkin Beckham juga tahu, tapi betapa profesionalnya dia. Selalu tersenyum, ramah banget.
Dan yang membuat saya takjub, itu kulit di atas alis kirinya sama sekali tidak ada bekas luka! Mulus seperti pantat bayi. Wah, mungkin dia pakai gel lidah buaya, yang memang ampuh untuk menghilangkan luka-luka. Hahahaha.
Lalu, ada sesi yang juga tak kalah mengasyikkan. Foto bareng Beckham. Satu per satu kami, yang jumlahnya lebih dari 100 orang dari berbagai negara, mendapat kesempatan untuk berpose bersama raja tendangan bebas itu. Bayangkan bagaimana perasaan saya ketika itu.
Pas giliran saya, Beckham sudah siap di depan backdrop. Tangannya langsung mencengkeram pundak saya. Kencang sekali. Saya belum lupa rasanya. Lalu, saya bingung hendak saya letakkan di mana tangan kiri saya. Akhirnya, saya pun memeluk pinggangnya. Wuh, itu pinggang! Kencang, tidak berlemak, tidak ada "tas pinggang" di sana.