Kesehatan RI, ada kolom terapi yang untuk setiap level keparahan infeksi. Level tersebut adalah tanpa gelaja, ringan, sedang, dan berat-kritis. Terapi untuk tiap level keparahan berbeda, akan tetapi ada satu hal yang selalu diulang. Tiap level diberi asupan vitamin C, vitamin D, dan zinc.
Dalam pamflet "Perawatan Covid-19 Berdasarkan Gejala", keluaran KementerianVitamin C dan D mungkin sudah paham gunanya untuk mereka yang sedang sakit. Zinc? Mungkin sudah ada juga yang tahu, tapi akan saya bahas sedikit di sini.
Zinc, sebagai logam atau mineral, adalah elemen kimia berlambang Zn. Biasa juga disebut seng, zinc adalah elemen ke-24 terbanyak di bumi. Menurut artikel dari United States Geological Survey per Juni 2021, seng adalah logam keempat yang paling sering dipakai, setelah besi, aluminium, dan tembaga.
Ingat dengan seng yang biasa dipakai sebagai atap rumah? Seng juga dipakai untuk melapis logam lain agar tidak mudah berkarat. Seng memang tidak mudah menimbulkan karat, tidak seperti halnya dengan besi.
Tentu saja, yang akan saya bahas di sini bukanlah seng sebagai atap rumah, melainkan kegunaannya untuk kesehatan. Seng adalah elemen mikro yang diperlukan untuk kelangsungan hidup tidak hanya untuk manusia, namun juga untuk hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Seng sangat berperan dalam kekebalan tubuh kita.
Tubuh manusia membutuhkan seng yang terlibat dalam fungsi lebih dari 300 enzim. Seng adalah elemen kedua terbanyak di dalam tubh manusia, setelah zat besi. Akan tetapi, beda dengan zat besi dan mineral lainnya, seng adalah satu-satunya mineral yang muncul di semua jenis enzim.Â
Sedemikian pentingnya seng untuk tubuh, sehingga jika terjadi kekurangan seng, maka tubuh pun akan kesulitan untuk berfungsi dengan normal. Pada anak-anak, kekurangan seng ditandai dengan meningkatnya infeksi dan diare.Â
Tanda lain, menurut British Medical Journal, adalah antara lain pertumbuhan badan yang tidak optimal,menurunnya kekebalan tubuh, kehilangan selera makan, sampai ke penyakit liver dan ginjal kronis, diabetes, penyakit sickle cell, dan masih banyak lagi.
Karena itu, jangan sampai kita kekurangan seng, ya. Tapi, tentu saja kita tidak menyantap seng dalam bentuk lembaran yang ada di atap rumah, misalnya. Sebab, seng bisa dikonsumsi sebagai suplemen sehari-hari dan sumbernya pun banyak.
Ada yang suka tiram? Sekitar 85 gram tiram, dimasak dengan cara apa saja, akan didapatkan 74 miligram seng. Sangat banyak, mengingat kebutuhan seng per hari untuk orang dewasa adalah sekitar 11 gram saja. Itu yang disarankan. Jadi, menyantap sedikit saja tiram dalam satu hari, sudah memenuhi kuota seng. Tiram adalah makanan dengan level seng tertinggi.
Karena saya tidak suka tiram, maka saya mendapatkan seng dengan cara ngeteng saja. Sedikit demi sedikit. Saya biasa minum multivitamin yang di setiap kapsulnya sudah terdapat 5 mg seng. Sisanya, bisa saya dapat dari makanan yang lain.
Seng terdapat di daging merah, unggas, ikan, kerang-kerangan, telur, dan semua produk susu. Dari tanaman, seng bisa didapatkan dari buncis, kacang-kacangan, bijian utuh (whole grains, seperti oatmeal), biji bunga matahari, biji labu/pumpkin, dan blackcurrant.
Berikut ini adalah contoh makanan dengan kandungan seng yang dimiliki, menurut National Institutes of Health Amerika Serikat.Â
- Tiram 85 gram: Â 74 mg seng
- Lobster 85 gr: 3,4
- Biji labu dikeringkan 30 gr: 2,2
- Ayam 85 gr: 2,4
- Yogurt 230 gr: 1,7
- Kacang mede 30 gr: 1,6
- Keju swiss 30 gr: 1,2
- Â Susu 1 cangkir: 1,0
- Kacang almon 30 gr: 0,9
- Dada ayam panggang, tanpa kulit, setengah: 0,9
- Keju cheddar atau mozzarella 30 gr: 0,9
Kebutuhan seng per hari dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan usia.
- Anak usia 0-6 bulan: 2 mg
- Anak usia 7-12 bulan: 3 mg
- Anak usia 1-3 tahun: 3 mg
- Anak usia 4-8 tahun: 5 mg
- Anak usia 9-13 tahun: 8 mg
- Remaja laki-laki usia 14-18 tahun: 11 mg
- Remaja perempuan usia 14-18 tahun: 9 mg
- Remaja perempuan usia 14-18 tahun sedang hamil: 12 mg
- Remaja perempuan usia 14-18 tahun menyusui: 13 mg
- Dewasa laki-laki (19 tahun ke atas): 11 mg
- Dewasa perempuan (19 tahun ke atas): 8 mg
- Ibu hamil: 11 mg
- Ibu menyusui: 12 mg
Lalu, apa guna seng terhadap keberadaan virus? Virus di sini adalah banyak jenis virus, termasuk virus Covid-19.Â
Menurut hasil penelitian yang ditulis oleh Inga Wessels, Benjamin Rolles, dan Lothar Rink - ketiganya dari Fakultas Kedokteran Universitas Aachen, Jerman - mereka yang terinfeksi Covid-19 adalah mereka yang mengalami defisiensi seng dalam tubuh mereka.
Hasil penelitian mereka dimuat dalam jurnal Frontiers In Immunology terbitan 10 Juli 2020, dengan judul The Potential Impact of Zinc Supplementation on COVID-19 Pathogenesis.
Menurut artikel itu juga disebutkan bahwa seng sangat berguna untuk menjaga keberadaan pelindung alami jaringan tubuh, seperti misalnya jaringan epitelium di organ pernapasan, mencegah masuknya patogen atau parasit yang menimbulkan penyakit pada inang, dalam hal ini manusia. Seng juga menjaga keseimbangan imun tubuh.
Seng disebar ke tubuh sebanyak 2-4 mg dari asupan total per hari. Jika ada sisa, maka seng akan disimpan di otak, otot, tulang, ginjal, dan hati.
Jadi, ketika kita cuci tangan, maka kita memerangi virus ketika virus masih berada di luar tubuh kita. Ketika virus sudah terlanjur masuk ke dalam tubuh, maka akan menjadi tugas seng untuk membasminya.Â
Virus, seperti halnya virus Covid-19, sangat mengandalkan metabolisme inangnya untuk memperbanyak diri. Nah, sebelum virus tersebut sempat melakukannya, maka seng sudah "menghancurkan" si virus. Pendeknya begitu. Versi panjangnya akan sangat panjang, karena prosesnya melibatkan segala proses kimia yang njelimet.
Anyway, karena itu, cukupkanlah asupan seng harian. Sebaiknya tidak kekurangan, namun juga tidak berlebihan. Sebab, segala hal yang berlebihan akan membawa pengaruh buruk. Contoh kelebihan seng, menurut The Journal of Urology pada 2007, ada seorang pria berumur mengkonsumsi seng sebanyak 80 mg tiap hari. Hasilnya, ia harus dirawat di rumah sakit gara-gara ada masalah pada kelenjar kencingnya.
Jadi, asupan seng sekitar 10 mg per hari sudah cukup. Jangan berlebih.Â
Salam sehat selalu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H