Mohon tunggu...
Irsyad Mohammad
Irsyad Mohammad Mohon Tunggu... Sejarawan - Pengurus PB HMI, Pengurus Pusat Komunitas Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA), dan Alumni Ilmu Sejarah UI.

Seorang aktivis yang banyak meminati beragam bidang mulai dari politik, sejarah militer dan sejarah Islam hingga gerakan Islam. Aktif di PB HMI dan Komunitas SATUPENA. Seorang pembelajar bahasa dan sedang mencoba menjadi poliglot dengan mempelajari Bahasa Arab, Belanda, Spanyol, dan Esperanto.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aliansi Ayatullah & Kamerad: Kisah Persahabatan Iran & Korea Utara dalam Memperjuangkan Palestina

5 Maret 2024   16:51 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:59 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayatullah Ali Khamenei (kiri) & Kim Il-Sung (Kanan) sedang berjabat tangan di Parlemen Korea Utara. Sumber: twitter.com/KimIlSungDPRK

Selepas pertunjukkan lagu Ey Shahid kemudian dilanjutkan sesi acara hingga sambutan dari Pemimpin Besar Republik Demokratik Rakyat Korea, Panglima Tertinggi Militer Republik Demokratik Rakyat Korea, Ketua Umum Partai Buruh Korea, dan juga Presiden Republik Demokratik Rakyat Korea, Kim Il-Sung. Kim Il-Sung kemudian berpidato menyampaikan sambutan tentang persahabatannya dengan Iran dan kekagumannya kepada Revolusi Islam Iran dan juga kepada Imam Besar Iran, Ayatullah Ruhollah Musavi Khomeini. 

Kim Il-Sung dalam pidatonya pun mengatakan Revolusi Islam Iran memiliki esensi perjuangan yang sama dengan Revolusi Korea Utara, yakni perjuangan untuk sama-sama melawan imperialisme terutama imperialisme Amerika Serikat. 

Giliran berikutnya Ayatullah Ali Khamenei berpidato ia berterima kasih atas keramahtamahan Kim Il-Sung dan terutama pemerintah Korea Utara dalam menyambut dirinya. Juga ia mengatakan bahwa persahabatan antara Iran dengan Korea Utara adalah solidaritas perjuangan bersama kedua negara dalam membela kaum tertindas (mustadhafin) melawan kaum penindas (mustakbirin). 

Juga Imam Ali Khamenei menyampaikan salamnya dari Ayatullah Khomeini kepada Kim Il-Sung dan rakyat Korea Utara, yang selama ini telah bersama-sama membantu Iran dalam perang melawan Irak. Juga bersama-sama dalam memerangi imperialisme Amerika Serikat. 

Ayatullah Ali Khamenei memahami perasaan rakyat Korea yang terbelah akibat Perang Dingin, juga akibat intervensi Amerika Serikat dalam Perang Korea (1950 -- 1953) sehingga menurutnya negeri Iran dan Korea Utara sama-sama senasib sepenanggungan sama-sama menderita akibat imperialisme Amerika Serikat. 

Pernyataan ini dapat dipahami mengingat Korea Utara dan Iran, keduanya tidak punya hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat memutus hubungan diplomatik Iran pada tahun 1980, pasca disanderanya diplomat Kedubes AS di Iran (Iran Hostage Crisis). Mengakhiri pidatonya Ayatullah Ali Khamenei berharap kedepannya hubungan kedua negara akan menjadi lebih baik lagi. 

Selepas pidato Kamerad Kim Il-Sung bangun dari kursinya dan mendatangi Ayatullah Ali Khamenei di podium, kemudian mengangkat tangannya dan berpoto bersama. 

Poto ikonik itu kemudian menjadi simbol sebuah aliansi baru, aliansi bulan sabit merah -- sebuah aliansi pemerintahan revolusioner melawan penindasan. Sontak poto itu tersebar ke seantero dunia, banyak negara yang memusuhi Iran ataupun Korea Utara pun mengernyitkan dahi tatkala melihat poto itu.

Selepas rangkaian acara kenegaraan dalam kunjungan diplomatik Iran di Korea Utara, kemudian terjadi pawai raksasa seantero Kota Pyongyang. Ayatullah Ali Khamenei beserta Kim Il-Sung naik mobil limosin bersama, dalam iring-iringin yang kemudian disambut oleh rakyat Korea Utara dan rakyat Iran yang ada di Korea Utara.  

Poto Ayatullah Ali Khamenei dan Kim Il-Sung pun dipajang di seantero kota, beserta poster-poster propaganda menghiasai Kota Pyongyang. Banyak spanduk merah bertulisan bahasa Korea dan Persia dibawa oleh massa yang hadir pada acara itu. 

Doa-doa, dzikir, dan sholawat kemudian dikumandangkan oleh rakyat serta diplomat Iran yang hadir dalam pawai raksasa keliling ibukota Korea Utara kala itu. Suatu pemandangan yang mengharukan, serta menggetarkan sukma. Pertama kalinya dalam sejarah lafadz Allah dan Rasul-Nya berkumandang nyaring dan lantang di negeri komunis itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun