Ganjar bingung harus memainkan narasi sebagai oposisi pemerintah ataupun penerus program pemerintah?
Kalau memainkan sebagai oposisi di barisannya ada Mahfud MD yang jadi Menkopolhukam (meski sekarang sudah resign) dan ada PDIP yang menjadi partai koalisi pemerintah dan Pak Jokowi sendiri berasal dari PDIP.
Sedangkan apabila memainkan peran sebagai penerus Pak Jokowi, sudah Mas Gibran yang merupakan anaknya Pak Jokowi dan sinyal Pak Jokowi sudah jelas ke sana.Â
Walhasil Ganjar -- Mahfud pun bingung, setiap kali menyerang Pak Jokowi kemudian elektabilitasnya menurun dan setiap kali berusaha memuji atau mengasosiasikan diri dengan Pak Jokowi; para pemilih yang puas dengan kinerja Pak Jokowi cenderung tidak percaya.
Hal ini terlihat jelas di basis suara Pak Ganjar di kalangan non-Muslim yang semula mendukungnya, ketika awal Februari sekitar lebih dari 50% suara non-Muslim beralih ke Pak Prabowo.
Mayoritas non-Muslim dari sejak 2014 adalah pendukung fanatik Pak Jokowi, karena Pak Jokowi dianggap toleran terhadap mereka.
Menyerang Pak Jokowi dianggap seperti menyerang mereka, walhasil mereka memindahkan suara ke Pak Prabowo karena dianggap ia pun toleran sebab ia punya kakak dan adik yang berbeda agama dengan Pak Prabowo.
Bu Mega akhirnya mengubah fokus dari pemenangan Ganjar -- Mahfud MD ke pemenangan PDIP di Pemilu 2024.
Bu Mega tetap memajukan Ganjar dan menunjukkan bahwa ia menolak kalah dengan Pak Jokowi dan masih ada itikad untuk melawan Pak Jokowi & siap bertarung di pilpres.
Namun nyatanya sudah muncul sejak akhir tahun lalu beberapa baliho PDIP tanpa wajah Ganjar -- Mahfud, apa yang bisa kita simpulkan? Bahwa PDIP telah mengevaluasi ulang pencalonan Ganjar. Bu Mega nampaknya memegang teguh pepatah: "apa yang tidak dapat kau gapai semua, jangan kau tinggalkan semua."Â
Bu Mega sudah mengikhlaskan pilpres dan mengincar kemenangan di pileg. Dengan tidak mundur di Pilpres 2024, para donor kampanye Ganjar -- Mahfud MD menjadi yakin bahwa PDIP serius untuk bertarung dan siap mengalokasikan dana. Namun di satu sisi dana-dana pemenangan yang difokuskan untuk pemenangan legislatif, alih-alih pemenangan pilpres.