Mohon tunggu...
Irsyad Mohammad
Irsyad Mohammad Mohon Tunggu... Sejarawan - Pengurus PB HMI, Pengurus Pusat Komunitas Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA), dan Alumni Ilmu Sejarah UI.

Seorang aktivis yang banyak meminati beragam bidang mulai dari politik, sejarah militer dan sejarah Islam hingga gerakan Islam. Aktif di PB HMI dan Komunitas SATUPENA. Seorang pembelajar bahasa dan sedang mencoba menjadi poliglot dengan mempelajari Bahasa Arab, Belanda, Spanyol, dan Esperanto.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Banteng Nyeruduk di Rabu Legi: Analisis atas Kemenangan PDIP di Pemilu 2024

4 Maret 2024   14:44 Diperbarui: 5 Maret 2024   08:28 1942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang-orang lupa, sayangnya tidak jarang kalangan intelektual dan akademisi di negeri ini pun juga turut luput akan fakta ini: Bu Mega adalah ketua umum parpol terlama sejak masa Reformasi dan belum pernah ada yang mengalahkan rekor ini.

Bahkan Bu Mega bukan saja ketum parpol terlama, namun juga ketum parpol terbesar di Indonesia dan kader-kadernya solid meski terdapat berbagai faksi dalam internal PDIP sendiri.

Banyak buku yang saya baca, termasuk penelitian akademis soal PDIP dan pembahasan soal faksi-faksi di internal PDIP yang memang beragam, namun semua faksi yang beragam itu semua solid di bawah komando Bu Megawati.

Berikut penulis akan uraikan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi:

1. Banyak pihak yang terlalu meremehkan kapabilitas Bu Megawati sebagai politisi dan menganggapnya bisa jadi Presiden RI ataupun Ketum PDIP hanya karena ia anak Sukarno.

Ia dianggap tidak memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni bila dibandingkan dengan politisi yang lain, tapi satu fakta yang susah dibantah kapabilitas sebagai politisi tidak selalu terkait dengan kapasitas intelektual.

Toh banyak professor dan intelektual yang negara ini punya, tidak banyak dari mereka yang bisa mencapai posisi puncak di politik, bukan?

Hal ini menunjukkan kapabilitas intelektual bukanlah satu-satunya faktor utama bila ingin mencapai jabatan puncak dalam politik.

Perlu adanya insting dan kepekaan politik, dalam hal ini tidak semua bisa. Bu Mega punya insting dan kepekaan politik yang terbilang bagus sehingga ia bisa bertahan hingga hari ini.

Bila memang jawaban dari keberhasilan Bu Mega sebagai politisi karena dia adalah anak Sukarno, kita bisa melihat anak-anak Bung Karno yang lain yang mencoba peruntungan di politik dan mendirikan parpol-parpol lain seperti almarhumah Bu Rahmawati dan Bu Sukmawati, keduanya tidak satupun yang berhasil membuat parpol yang bisa lolos hingga parlemen, apalagi menggoyang posisinya Bu Mega.

Dari sekian banyaknya anak Bung Karno, hanya Bu Mega yang berhasil di dunia politik, itu fakta tak terbantahkan hingga hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun