Mohon tunggu...
Iroh Asiroh
Iroh Asiroh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Biologi UPI

Jangan hanya dipikirkan. Tuangkan saja dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Yuk Lestarikan Sebelum Kehilangan!

16 Desember 2020   22:43 Diperbarui: 16 Desember 2020   23:06 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Kloning iSCNT Sumber : (Wani dkk, 2017)

Menurut Wani, Nisar Ahmad (2017) cloning yang menggunakan metode iSCNT itu akan berhasil jika sel pendonor dan sel penerima berasal dari spesies yang berkerabat dekat dengan fisiologi reproduksi dan penempatan lingkungan yang sama. Tidak hanya pada unta, kloning iSCNT juga sudah banyak dilakukan kepada hewan seperti kucing, babi, anjing, sapi dan juga kambing.

Meskipun upaya kloning dapat membawa suatu harapan dalam konservasi, namun, hasil dari kloning itu sendiri untuk saat ini masih belum menghasilkan suatu yang sempurna. Hasil kloning biasanya hidup tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama.

Seperti pada Gambar. 1 unta baktrian hasil kloning mati ketika usianya 7 hari setelah dilahirkan. Penyebab kematian dari unta baktria hasil kloning ini dikarenankan septikimia akut.

Berbeda dengan kloning unta baktrian yang mati 7 hari, pada kloning unta dromedaris yang ibu penggantinya tetap dromedaris hasil kloningan itu tetap hidup sampai ia dewasa. Hal ini mungkin terjadi karena kloning unta dromedaris dihasilkan dari 2 spesies yang sama. Hal ini menunjukan bahwa kemajuan teknologi dapat digunakan untuk membudidayakan hewan yang akan terancam punah melalui teknik iSCNT.

Teknologi yang semakin maju tentunya harus diimbangi dengan aspek lainnya. Penerapan teknik kloning iSCNT di Indonesia untuk saat ini terbilang belum dapat terealisasikan karena terkendala biaya dan juga prasarana dalam pengerjaan teknik ini.

Namun kemungkinan-kemungkinan itu masih tetap ada seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu yang terus menerus dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun