Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Financial Freedom, Terdengar Menggoda Namun Sulit Digapai

24 Juli 2023   16:27 Diperbarui: 25 Juli 2023   13:35 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Micheile Henderson via unsplash.com

Sebetulnya saya bukan orang yang paham-paham banget dengan dunia finansial. Tapi obrolan random dengan salah seorang sahabat beberapa waktu lalu membuat pikiran saya melanglang buana. Pertanyaan sahabat saya waktu itu seperti ini:

"Lo percaya nggak dengan Financial Freedom?"

Well, istilah Financial Freedom ini memang baru terdengar belum lama ini. Popularitasnya muncul bersamaan dengan istilah-istilah lain yang digaungkan oleh (yang katanya) anak-anak Jakarta Selatan. 

Saya sempat mencoba mencari-cari definisi bakunya, tapi saya tidak menemukan referensi resmi terkait definisi dari Financial Freedom ini.

Istilah umum yang saya temukan hasil berselancar di dunia maya justru Financial Independence. Dan menurut laman Wikipedia, Financial Independence berarti kondisi dimana seseorang memiliki cukup pendapatan dan kekayaan untuk membiayai biaya hidup tanpa harus bekerja (memiliki passive income) atau bergantung pada orang lain.

Sementara itu dari beberapa sumber yang saya baca, dapat saya simpulkan bahwa Financial Freedom adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki simpanan uang yang cukup, memiliki investasi sebagai passive income, terbebas dari hutang, dan mampu memenuhi gaya hidup yang diinginkan Jadi istilah Financial Independence atau Financial Freedom itu sebelas - dua belas lah ya..

Tujuh (7) Level Financial Freedom

Dalam buku yang ditulis oleh Grant Sabatier, setidaknya ada 7 tahap dalam mencapai Financial Freedom, yaitu :

1. Clarity

Pada level ini seseorang dapat memeriksa/mengukur situasi keuangan seperti berapa banyak uang/aset yang dimiliki dan berapa banyak utang, untuk kemudian bisa menetapkan tujuan keuangan yang ingin dicapai.

2. Self-Sufficiency

Di level ini, seseorang berada pada tahap ingin mandiri secara finansial yakni dengan memiliki penghasilan yang cukup untuk biaya hidup sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain, seperti orang tua.

3. Breathing Room

Berikutnya pada level ini, seseorang masih memiliki sisa dana bebas setelah membayarkan biaya hidup. Di tahap ini mereka sudah bisa mulai menabung atau berinvestasi.

4. Stability

Pada level ini, seseorang sudah tidak memiliki hutang dan sudah memiliki simpanan darurat yang nilainya setara dengan biaya hidup paling tidak selama 6 bulan.

5. Flexibility

Selanjutnya di level ini seseorang sudah tidak mempunyai utang dan memiliki dana darurat yang cukup untuk memenuhi biaya hidup selama setidaknya 2 tahun ke depan.

6. Financial Independence

Level ini adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki utang dan memiliki dana yang cukup yang berasal dari investasi (passive income) untuk memenuhi biaya hidup.

7. Abundant Wealth

Ini adalah level terakhir dimana seseorang sudah memiliki kekayaan yang melimpah dan lebih banyak dari yang dibutuhkan sehingga uang bukan lagi menjadi hal yang perlu dikhawatirkan.

Sumber: cdcbpsdmi.kemenperin.go.id
Sumber: cdcbpsdmi.kemenperin.go.id

Financial Freedom, Terdengar Menggoda Tapi Tak Mudah Diraih

Dilihat dari definisi di atas, tentu kondisi Financial Freedom ini terdengar sangaaatttt menarik ya. Siapa sih yang tidak mau menjalani hidupnya dengan santuy tanpa perlu mengkhawatirkan uang? Kalau bisa, saya juga tidak ingin terus-terusan bangun di pagi buta terburu-buru mengejar KRL yang isinya luar biasa penuh macam film zombie Train to Busan, demi segerobak cuan.

Belum lama ini juga, salah seorang teman membuat postingan di media sosialnya yang menunjukkan keinginannya untuk bisa memiliki aset yang cukup. Cukup disini tidak berarti harus menjadi crazy rich tujuh turunan macam sultan dari negeri minyak. Tapi dia ingin bisa memulai harinya dengan tanpa harus grasa-grusu di pagi-pagi buta, melainkan bangun pagi dengan santai lalu menikmati kopi pagi dan sarapan tanpa harus terburu-buru. Tidak ingin punya mobil mewah, tapi cukup memiliki mobil yang proper dan aman. 

Tidak perlu punya rumah mewah, tapi cukup dengan rumah well designed dan taman yang cukup. Tidak harus bisa fancy traveling dengan private jet, tapi kepingin bisa traveling kapanpun dia mau. Dia ingin bisa punya banyak aset supaya bisa tidur tanpa harus mengkhawatirkan isi tabungan atau dikejar tagihan, dan pastinya bisa membantu keluarga terdekat yang kesusahan.

Apakah keinginan teman saya ini terdengar mustahil?

Memang sih, money is not everything. Tapi realitanya, everything need money and without money we are nothing.

Jadi balik lagi dengan pertanyaan di atas, apakah saya percaya dengan Financial Freedom?

Well, menurut saya pertanyaan ini susah-susah gampang dijawab karena ada banyak faktor X yang menentukan. Apalagi bagi generasi milenial hingga gen Z seperti sekarang ini. Mengapa?

1. Sandwich Generation dan Biaya Hidup

Menurut Cambridge Dictionary, istilah Sandwich Generation merujuk pada sekelompok orang yang masih memiliki orangtua yang sudah berumur dan anak-anak, sehingga mereka harus mengurus atau menanggung biaya hidup dua generasi yaitu orangtua (yang sudah tidak produktif) dan anak-anak (yang belum produktif). Kondisi kehidupan ini diasosiasikan seperti sandwich, terjepit di antara dua sisi.

Dikutip dari data BPS terkait jumlah penduduk Indonesia menurut wilayah, klasifikasi generasi, dan jenis kelamin tahun 2020, usia produktif masih didominasi oleh generasi milenial dan Gen Z. Kedua generasi inilah yang digambarkan sebagai generasi sandwich saat ini.

Budaya ketimuran di Indonesia masih menganut bahwa sudah seharusnya seorang anak membalas budi pada orangtuanya. Jadi ketika orangtuanya sudah memasuki usia lansia dan tidak lagi produktif, gentian anaknya lah yang menanggung biaya hidup orangtuanya. Dan jika si anak kebetulan sudah berkeluarga, pengeluaran akan jadi semakin berlipat karena harus membiayai keluarganya sendiri.

Sekalipun si anak memiliki pekerjaan yang mapan dan penghasilan yang mencukupi, kewajiban finansial yang harus mereka keluarkan akan membuat mereka tidak mudah mencapai Financial Freedom di usia muda.

Jumlah penduduk Indonesia menurut wilayah, klasifikasi generasi, dan jenis kelamin tahun 2020 (Sumber: sensus.bps.go.id)
Jumlah penduduk Indonesia menurut wilayah, klasifikasi generasi, dan jenis kelamin tahun 2020 (Sumber: sensus.bps.go.id)

2. Lifestyle

Setiap orang memang memiliki besaran budget yang berbeda untuk memenuhi gaya hidup mereka. Lifestyle yang saya maksud disini bisa bermacam-macam. Mulai dari kebutuhan primer, barang-barang pribadi, kendaraan pribadi, traveling, hingga hal-hal semacam self-reward.

Umumnya, semakin tinggi pendapatan semakin naik pula biaya lifestyle. Generasi milenial dan Gen Z juga harus pintar-pintar menahan diri dan mengelola keuangan mereka di tengah gempuran gadget teranyar, promosi wisata, kuliner kekinian, hingga diskon e-commerce di tanggal cantik, dan lainnya.

Jika mereka terlalu menuruti lifestyle tanpa memperhatikan kemampuan finansial mereka, tentu Financial Freedom hanya akan menjadi wacana belaka dan semakin sulit untuk dicapai.

3. Cicilan Properti dan Inflasi

Persentase inflasi umumnya akan selalu naik setiap tahunnya. Banyak artikel yang membahas bahwa generasi milenial maupun gen Z akan semakin sulit memiliki tanah dan properti sebagai tempat tinggal di masa depan akibat inflasi dan ketersediaan lahan tempat tinggal yang semakin menipis.

Saya mempertimbangkan faktor ini karena biaya cicilan properti adalah pengeluaran rutin yang cukup menyita porsi finansial seorang generasi milenial dan gen Z, meski tujuan jangka panjangnya adalah investasi dan pastinya sebagai salah satu upaya untuk mencapai Financial Freedom di masa depan. Tapi jika kita tidak mengelola keuangan dengan baik saat kita sedang proses mencicil atau melunasi biaya ini, Financial Freedom rasa-rasanya juga akan sulit dicapai dalam waktu dekat.

Dibutuhkan Komitmen dan Persisten

Meski terdengar begitu syulit, Financial Freedom bukan sesuatu hal yang mustahil untuk dicapai. Namun tentunya diperlukan komitmen, kedisiplinan, serta usaha yang persisten. 

Saya sendiri saat ini masih mengusahakan hal itu. Lain cerita kalau pembaca sekalian keturunan sultan dengan harta warisan delapan keturunan. Langkah sederhana yang bisa kita mulai untuk meraih Financial Freedom misalnya :

1. Mengukur kondisi finansial saat ini

Seperti di tahap pertama pada 7 level Financial Freedom menurut Grant Sabatier di atas, kita bisa mulai mengukur kondisi finansial kita. Berapa uang dan aset yang kita miliki dibandingkan dengan pengeluaran dan hutang yang kita miliki. Apakah sudah mencukupi atau kita memerlukan penghasilan tambahan.

2. Menyusun anggaran kebutuhan

Biaya hidup sehari-hari tidak bisa kita hindari karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Meski demikian, biaya hidup ini seharusnya bisa kita sesuaikan dengan kondisi keuangan yang sudah kita identifikasi di awal tadi.

3. Melunasi dan mengurangi utang yang tidak perlu

Orang sering bilang, kalau kita nggak utang, nggak akan punya. Saat kita ingin memiliki properti atau kendaraan pribadi, sudah hampir pasti kita harus berutang dengan cara mengambil skema cicilan (KPR / KKB). 

Saya tidak menyarankan pembaca untuk tidak berutang sama sekali. Namun sebaiknya jika kita ingin berutang kita harus yakin apakah bisa membayar cicilannya dengan tepat waktu. Kalau dirasa belum mampu, sebaiknya jangan memaksa berutang. Apalagi jika utang tersebut bunga berbunga. Usahakan untuk melunasi dan mengurangi utang yang tidak perlu.

4. Menabung, investasi, dan menambah sumber pendapatan

Jika memungkinkan, selalu usahakan untuk menyisihkan dana untuk ditabung. Dan jika ada kelebihan dana bebas, mulailah untuk berinvestasi. Namun kita juga harus cermat dalam mengalokasikan dana lebih untuk investasi. Jika belum berpengalaman dan kelebihan dana masih terbatas, sebaiknya hindari investasi dengan risiko tinggi untuk mencegah kerugian. Atau bila memungkinkan, kita bisa mencari ide untuk menambah sumber penghasilan.

5. Asuransi kesehatan dan hidup sehat

Satu hal yang tak kalah penting, upayakan untuk selalu menjaga sebaiknya paling tidak kita memiliki 1 asuransi kesehatan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan dan selalu menjaga kesehatan.

Referensi :

BPS | Kemenperin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun