Ritual Thudong pertama ke Indonesia ini diprakarsai oleh Bhante Wawan asal Indonesia yang mengajak biksu lainnya untuk berjalan kaki ke Candi Borobudur, situs candi Buddha terbesar di dunia. Perjalanan mereka dimulai sejak 23 Maret 2023. Adapun rute yang mereka tempuh adalah melewati Malaysia, Singapura, lalu masuk ke Indonesia melalui Batam.
Dari Batam, para biksu ini naik pesawat dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta untuk kemudian melanjutkan perjalanan jalan kaki melewati Jakarta -- Bekasi -- Cikarang -- Karawang -- Pamanukan -- Kandanghaur -- Jatibarang -- Cirebon -- Losari -- Tegal -- Pemalang -- Pekalongan -- Banyuputih -- Kendal -- Semarang -- Ambarawa dan akhirnya tiba di Candi Borobudur pada tanggal 1 Juni 2023.
Tentunya kedatangan mereka disambut meriah oleh warga dari setiap kota yang mereka lewati. Total jarak yang ditempuh para bhante hingga sampai ke Candi Borobudur diperkirakan sekitar 2,600 km. Luar biasa bukan?
Selama perjalanan, biksu-biksu ini tidak membawa uang dan hanya makan dua kali sehari dengan mengandalkan sedekah dari orang-orang yang mereka temui di perjalanan. Selain itu selama perjalanan mereka juga tidak menginap di hotel, melainkan di klenteng-klenteng atau rumah warga setempat.
Memaknai Ritual Thudong untuk Hidup Keseharian
Sejak perjalanan para bhante ini dimulai pada Maret lalu, sesekali saya mengikuti updatenya dari media sosial. Ritual Thudong ini mengingatkan saya pada Biksu Tong, Sun Go Kong dan kawan-kawan dalam kisah Journey to the West yang tersohor.
Walaupun kedengarannya sederhana dan terkesan tidak memerlukan banyak modal, pastinya berjalan kaki sejauh ribuan kilometer bukan perkara mudah. Jangankan ribuan kilometer, timbang beli gula ke warung saja, orang-orang kita maunya naik motor. Ampun deh.. hihihi
Well, ritual Thudong dan perjalanan spiritual lainnya seperti Camino de Santiago dan lainnya sudah pasti memberikan banyak pesan bermakna yang bisa kita petik, antara lain :
1. Sarana Refleksi Diri
Sebagai orang awam, perjalanan spiritual semacam ini melatih kita untuk fokus pada tujuan, sabar, rendah hati, sederhana, gigih namun tetap berserah kepada Tuhan.
Ritual perjalanan seperti ini juga mengajak kita belajar untuk menenangkan hati dan pikiran, mengelola emosi dan amarah, mengamati hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian kita, merefleksikan hidup yang telah kita jalani, bertoleransi dan berempati pada orang lain, dan pastinya belajar bersyukur untuk hal sekecil apapun.