Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ritual Thudong, Kesan dan Pesan yang Bisa Dipetik

1 Juni 2023   16:36 Diperbarui: 1 Juni 2023   20:14 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelepasan para biksu di kantor Kementerian Agama RI (Sumber gambar: kompas.com - Kristian Erdianto)

Ritual Thudong pertama ke Indonesia ini diprakarsai oleh Bhante Wawan asal Indonesia yang mengajak biksu lainnya untuk berjalan kaki ke Candi Borobudur, situs candi Buddha terbesar di dunia. Perjalanan mereka dimulai sejak 23 Maret 2023. Adapun rute yang mereka tempuh adalah melewati Malaysia, Singapura, lalu masuk ke Indonesia melalui Batam.

Dari Batam, para biksu ini naik pesawat dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta untuk kemudian melanjutkan perjalanan jalan kaki melewati Jakarta -- Bekasi -- Cikarang -- Karawang -- Pamanukan -- Kandanghaur -- Jatibarang -- Cirebon -- Losari -- Tegal -- Pemalang -- Pekalongan -- Banyuputih -- Kendal -- Semarang -- Ambarawa dan akhirnya tiba di Candi Borobudur pada tanggal 1 Juni 2023.

Tentunya kedatangan mereka disambut meriah oleh warga dari setiap kota yang mereka lewati. Total jarak yang ditempuh para bhante hingga sampai ke Candi Borobudur diperkirakan sekitar 2,600 km. Luar biasa bukan?

Selama perjalanan, biksu-biksu ini tidak membawa uang dan hanya makan dua kali sehari dengan mengandalkan sedekah dari orang-orang yang mereka temui di perjalanan. Selain itu selama perjalanan mereka juga tidak menginap di hotel, melainkan di klenteng-klenteng atau rumah warga setempat.

Memaknai Ritual Thudong untuk Hidup Keseharian

Sejak perjalanan para bhante ini dimulai pada Maret lalu, sesekali saya mengikuti updatenya dari media sosial. Ritual Thudong ini mengingatkan saya pada Biksu Tong, Sun Go Kong dan kawan-kawan dalam kisah Journey to the West yang tersohor.

Walaupun kedengarannya sederhana dan terkesan tidak memerlukan banyak modal, pastinya berjalan kaki sejauh ribuan kilometer bukan perkara mudah. Jangankan ribuan kilometer, timbang beli gula ke warung saja, orang-orang kita maunya naik motor. Ampun deh.. hihihi

Well, ritual Thudong dan perjalanan spiritual lainnya seperti Camino de Santiago dan lainnya sudah pasti memberikan banyak pesan bermakna yang bisa kita petik, antara lain :

1. Sarana Refleksi Diri

Sebagai orang awam, perjalanan spiritual semacam ini melatih kita untuk fokus pada tujuan, sabar, rendah hati, sederhana, gigih namun tetap berserah kepada Tuhan.

Ritual perjalanan seperti ini juga mengajak kita belajar untuk menenangkan hati dan pikiran, mengelola emosi dan amarah, mengamati hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian kita, merefleksikan hidup yang telah kita jalani, bertoleransi dan berempati pada orang lain, dan pastinya belajar bersyukur untuk hal sekecil apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun