Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pro-Kontra Luxury Brand: Gengsi atau Investasi, Jangan Kesampingkan Empati

23 Januari 2023   07:00 Diperbarui: 23 Januari 2023   19:20 2238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: ft.com

Sebagian orang menyukai, bahkan mengoleksi, barang mewah untuk meningkatkan rasa percaya diri dan memperoleh pengakuan status sosial alias gengsi. Pokoknya kalau nggak branded nggak keren. Mereka yang menganut paham ini umumnya lebih konsumtif dalam menggunakan uangnya. Bahkan ada juga yang sudah tahu kemampuan ekonominya terbatas, tapi maksa tampil luxury demi gengsi. Ckckck..

Tapi ada juga loh yang memang menyukai barang mewah untuk tujuan investasi karena umumnya kualitas menentukan harga. Biasanya sih, mereka yang seperti ini memang sudah memahami  jenis dan kualitas barang yang dibutuhkannya, sehingga mereka akan loyal terhadap suatu merek tertentu dan tidak keberatan spend more money. Yah, daripada beli barang murah tapi rusak melulu.

Terlepas tujuannya untuk gengsi atau investasi, tentu sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing. Jika memang kita termasuk kaum 'chaebol' (istilah keluarga konglomerat di Korea Selatan) atau 'old money', ya sah-sah saja mau beli barang semewah apapun. Tapi yang jadi masalah adalah ketika kita berlagak 'old money' padahal sebetulnya 'no money'. Apalagi sampai minjem KTP teman-teman untuk data pinjol. Aduh!

Dan seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa kemewahan sifatnya subjektif bagi setiap orang. Sesuatu yang bagi kita adalah barang regular, mungkin bagi orang lain adalah barang mewah. 

Bagi saya yang doyan minum kopi Starbucks (kalau ada kupon buy one get one), mungkin terasa biasa saja. Tapi bagi orang lain yang biasanya minum Starling alias Starbucks keliling, kopi tersebut pastilah tergolong mewah. Setiap orang punya level ekonomi yang berbeda. Jadi ada baiknya kita tidak mengesampingkan empati kepada mereka yang mungkin tidak memiliki privilege yang sama dengan kita.

Tapi ngomong-ngomong kalau kalian suka beli barang mewah, tahu cara baca merek-merek mewah di atas nggak sih?

***

Referensi

Kompas.com | Businessinsider.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun