Saat itu yang namanya komputer masih tergolong barang mewah, jadi saya menulis tangan di atas kertas folio bergaris. Kebayang kan, pegalnya tangan setelah menulis berlembar-lembar kertas folio? Bahkan salah satu jari tangan kanan saya sampai kapalan dan membuat tulangnya agak bengkok hingga sekarang. Hahaha!
Walau ada jerih payah yang dikeluarkan, saat itu saya belum berani mempublikasi hasil karya tulis saya. Belum pede lah pokoknya.
Jadi dari sekian banyak cerpen yang saya tulis, hanya 1 cerpen yang berani saya publikasikan di majalah terbitan sekolah. Sisanya ya hanya untuk konsumsi pribadi. Ada kepuasan tersendiri saat berhasil menyelesaikan satu cerita, sambil berangan-angan suatu saat bisa memiliki novel karya sendiri. Tapi sayangnya saat ini entah ada dimana kertas-kertas folio itu.
Boleh dibilang saya bertemu dengan Kompasiana tanpa disengaja saat sedang berselancar di internet di bulan Mei 2012.
Tertarik dengan konsep blogging di Kompasiana yang dulu mengusung tagline "Sharing & Connecting", saya pun akhirnya membuat akun dan langsung mempublikasikan tulisan pertama saya yang terinspirasi dari pengalaman pribadi.
Tak disangka, karya pertama saya yang berjudul "Kembalikan Hak Pejalan Kaki" memperoleh label Artikel Utama (Headline). Tapi saat itu saya belum tahu betapa istimewanya bisa memperoleh label AU. Hehe..
Sempat vakum beberapa tahun di Kompasiana, akhirnya saya mulai kembali mencoba konsisten menulis hingga saat ini.
Menulis sebagai Kegiatan Belajar Sekaligus Self Therapy
Menulis memang masih sekadar hobi dan belum menjadi pekerjaan utama yang memberikan penghasilan yang cukup untuk saya.
Tapi tak apa, karena bagi saya pribadi menulis adalah kegiatan belajar yang berkelanjutan sekaligus sebagai self therapy untuk melepaskan stres.
Gaya tulisan saya dahulu tidaklah seperti sekarang, tapi boleh dibilang sudah mulai ada peningkatan. Menulis di Kompasiana membuat saya bisa mengamati gaya-gaya penulis lainnya dan kemudian saya contoh, hingga akhirnya saya menemukan gaya saya sendiri. Jadi secara tidak langsung, kegiatan menulis menuntut saya untuk belajar terus-menerus.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!