Sosok Lu Kai Wei sebagai suami Sinta di Taiwan digambarkan tidak memiliki pendirian yang kuat dan cenderung menurut pada ibunya. Hal ini karena sejak kecil ia terbiasa diatur oleh ibunya. Hal ini membuat Lu Kai Wei tidak bisa bertindak tegas saat istrinya tertindas. Bahkan ia sempat bersikap 'lemot' ketika Sinta diusir oleh ibunya karena tidak bisa memberikan cucu laki-laki.
4. Anak adalah titipan Tuhan yang tidak bisa dipilih sesuai kehendak manusia
Jujur saya merasa gemas setiap kali menemui keluarga yang secara berlebihan (dengan berlindung dibalik budaya patriarki) mengharapkan keturunan laki-laki seperti di novel ini. Baik laki-laki maupun perempuan, keduanya adalah titipan Tuhan yang seharusnya diterima dengan gembira dan dirawat dengan baik. Setiap bayi yang dilahirkan tidak dapat memilih sendiri jenis kelaminnya, apalagi kita sebagai manusia tentu tidak bisa mengatur Tuhan untuk harus memberikan keturunan laki-laki. Bagaimanapun tanpa wanita kelangsungan hidup manusia di dunia ini tidak akan berjalan bukan?
5. Orangtua tidak harusnya pilih kasih terhadap anak
Masih terkait dengan budaya patriarki, tidak seharusnya orangtua bersikap pilih kasih terhadap anak-anaknya seperti yang ditampilkan pada karakter ibu sinta dan ibu mertuanya. Keduanya seharusnya memperoleh perlakuan yang sama dan bukannya memanjakan apalagi jika si anak jelas-jelas berbuat salah.
6. Pengantin Pesanan adalah isu sosial yang kompleks
Bisa jadi hingga kini masih ada saja wanita yang bersedia menjadi pengantin pesanan. Dan setelah dipikir-pikir lagi, praktik Pengantin Pesanan sebetulnya adalah isu sosial yang kompleks. Sepanjang ada permintaan, pasti ada penawaran. Apalagi jika para wanita yang menerima tawaran ini menerima secara sadar tanpa paksaan karena dipicu oleh faktor-faktor pendukung tadi. Perlu edukasi secara berkelanjutan dari berbagai pihak terkait untuk mencegah praktik ini menjadi human trafficking yang sesungguhnya.
Rekomendasi
Penulis Mya Ye sangat apik menuliskan kisah kehidupan Sinta. Meski alur ceritanya maju-mundur, saya rasa pembaca tidak akan kesulitan memahaminya. Dan karena terinspirasi dari kisah nyata, apa yang digambarkan penulis mengenai kehidupan seorang pengantin pesanan terasa sangat realistis.
Yah meski memang tidak semua Pengantin Pesanan bernasib buruk, tapi istilah Pengantin Pesanan sudah memunculkan stigma tersendiri karena kasus-kasus yang kerap muncul.
Nah daripada tambah penasaran, mending cus langsung baca bukunya yuk!