Akankah Sinta berhasil mempertahankan pernikahannya kali ini dan diterima oleh keluarga Lu? Berhasilkah Sinta mengubah taraf hidup keluarganya di Singkawang? Beranikah Sinta menyuarakan isi hatinya untuk tetap layak dihargai sebagai wanita?
Mending langsung baca sendiri saja ya bukunya?
Sekilas tentang Praktik Pengantin Pesanan
Saat membaca cerita Sinta ini, saya langsung teringat beberapa ulasan dari berbagai sumber mengenai praktik Pengantin Pesanan di Singkawang, Kalimantan Barat.
Banyak yang beranggapan bahwa 'Pengantin Pesanan' atau 'Mail-order Brides' atau 'Kawin Foto' adalah bentuk lain dari human trafficking. Wanita yang juga disebut 'Amoy' ini akan direkrut oleh makelar jika ada pesanan dari pria Taiwan. Jika si wanita bersedia, makelar akan memberikan foto wanita tersebut kepada makelar di Taiwan, untuk kemudian diberikan kepada pihak pria yang memesan calon pengantin.
Setelah pihak pria sudah setuju, maka pertemuan pihak pria dan wanita pun diatur dengan bantuan makelar-makelar tadi. Jika setelah pertemuan kedua belah pihak saling tertarik, maka tahap selanjutnya adalah pengaturan pernikahan, hingga si wanita dibawa oleh pihak pria / migrasi ke Taiwan untuk menetap di sana. Sebagai gantinya, pihak pria akan memberikan sejumlah uang pada keluarga perempuan, dan tentunya kepada pihak makelar juga.
Mengingat para wanita ini tidak mengenal calon suaminya sama sekali, ada dua kemungkinan yang akan terjadi pada si wanita. Pihak pria akan memperlakukan si wanita dengan baik layaknya istri, namun tak sedikit pula yang dieksploitasi seperti ART, bahkan pekerja seks komersial. Bahkan banyak dari mereka yang paspornya ditahan sehingga sulit untuk kembali ke Indonesia.
Pertanyaan pertama, mengapa pria-pria Taiwan ini repor-repot mencari dan 'mengimpor' istri dari luar negeri?
Pria Taiwan yang mencari calon istri dari luar negeri (khususnya negara berkembang) berasal dari kalangan menengah ke bawah, karena wanita-wanita Taiwan justru memiliki standar gengsi yang lebih tinggi. Wanita Taiwan lebih memilih menikah dengan pria yang lebih mapan secara ekonomi atau menikah dengan pria dari luar negeri.
Selain itu, wanita asal Singkawang lebih banyak diminati oleh pria Taiwan karena secara fisik wanita Singkawang lebih mirip dengan wanita Taiwan serta berbicara dengan dialek Hakka yang umum dituturkan oleh orang Taiwan. Dengan demikian, wanita Singkawang dianggap akan lebih mudah beradaptasi dengan kehidupan dan budaya di Taiwan.
Wanita asal Singkawang juga dianggap lebih rajin, tekun, hemat, dan patuh pada suaminya. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi bahwa budaya Tionghoa yang menganut system patriarki
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!