"Loh, kok obatnya udah abis aja? Bukannya baru dua hari yang lalu ditebus?"
"Iya. Gue minumnya double. Biar cepet sembuh. Soalnya gue harus cepet masuk kantor lagi, sebelum kerjaan numpuk dan malah bikin gue tambah sakit."
Bagaimana pendapat pembaca sekalian ketika membaca dialog di atas? Di satu sisi, si pasien mungkin terlihat memiliki rasa tanggung jawab yang baik terhadap pekerjaannya. Tapi di sisi lain, ia tidak mempertimbangkan risiko kesehatannya karena tidak patuh minum obat.
Well, meski boleh dikatakan bahwa pasien zaman sekarang banyak lebih kritis ketika menerima pengobatan, tapi nyatanya tidak sedikit pula yang sering bersikap asumtif. Contohnya ya seperti dialog di atas.
Dulu waktu saya masih duduk di bangku SMA dan belum paham tentang dunia obat-obatan seperti sekarang, saya juga pernah memiliki pemikiran yang sama. Kebetulan saya tipikal siswi yang takut ketinggalan pelajaran.Â
Maklum, tugas dan project sekolah yang diberikan oleh guru-guru saya dulu luar biasa banyak. Tiada hari tanpa tugas. Jadi kalau saya lengah sedikit, pasti saya akan tertinggal. Dan tentunya ketertinggalan saya itu akan berpengaruh terhadap nilai-nilai saya nantinya. Oleh sebab itu sebisa mungkin saya tidak boleh absen satu hari pun.
Bagaimana kalau saya sakit? Yah, pokoknya selama saya masih bisa bangun dan berdiri, berarti saya masih bisa mengikuti pelajaran. Bila perlu, saya melipatgandakan dosis obat dengan anggapan saya akan lebih cepat sembuh.
Tapi ternyata oh ternyata, ketika saya kuliah farmasi, anggapan tersebut luar biasa salah. Fenomena terkait kedisiplinan/kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat, selalu menjadi topik bahasan dalam perkuliahan farmasi, bahkan di dunia pelayanan farmasi.
Beberapa contoh ketidakpatuhan tersebut misalnya:
- Pasien tidak teratur minum obat seperti yang dianjurkan oleh dokter
- Pasien mengurangi/menambah dosis obat yang diminumnya tanpa berkonsultasi dengan dokter/apoteker
- Pasien berhenti minum obat lebih cepat dari waktu yang ditentukan dokter
- Pasien minum obat milik orang lain karena merasakan gejala yang mirip
Faktor yang Memengaruhi Ketidakpatuhan Pasien