1. Menahan diri dan berusaha berempati
Saya meyakini bahwa setiap orang memiliki harapannya masing-masing. Entah itu sebagai suatu usaha untuk membahagiakan dirinya sendiri atau orang lain.Â
Dan saya juga meyakini bahwa mereka memiliki caranya sendiri untuk mewujudkannya. Tapi masalahnya jalan hidup masing-masing orang berbeda. Oleh sebab itu setiap usaha yang sudah dilakukan belum tentu dapat mewujudkan harapan-harapan tersebut.
Ketika seseorang sedang menanti harapannya terwujud (apapun itu), bisa jadi ia merasakan tekanan meskipun levelnya berbeda-beda. Jadi kalau tujuan kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya pribadi, cuma untuk sekadar basa-basi, baiknya ditahan saja deh.
"Kamu kecapekan tuh pasti makanya susah isi. Coba kurangin dulu load kerjaannya."
"Kalo gue kurangin load kerjaan, brarti pendapatan gue berkurang. Lo mau bantuin gue bayar cicilan?"
Kalau kita memang betul-betul peduli, baiknya kita bantu memberikan memberikan solusi tanpa menghakimi. Berusahalah untuk berempati pada kondisi orang lain.
2. Pekerjaan domestik bukan hanya urusan wanita
Dalam buku, tokoh Baron secara tersirat mempercayakan sepenuhnya urusan domestik dan mengurus anak pada istrinya.Â
Dalam kehidupan berumah tangga, saya mengira bahwa hampir semua orang sepakat bahwa sudah seharusnya suami dan istri harus saling melengkapi, bekerja sama, dan saling mendukung.Â
Tidak hanya soal eksternal seperti pemenuhan nafkah dan keuangan, tapi juga urusan internal seperti pekerjaan rumah tangga hingga mengurus anak.