3. Simpan dalam kemasan asli dengan label yang lengkap
Nah ini penting. Hindari betul menyimpan obat tanpa label identitas dan jangan konsumsi obat yang identitasnya tidak jelas untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Jika label/kemasan asli dilepas saat menyimpan obat (misal dengan alasan hemat space penyimpanan), kita tidak tahu apakah di kemudian hari kita masih bisa mengingat itu obat apa. Dan bisa jadi anggota keluarga lain jadi salah mengambil obat. Ujung-ujungnya tragedi Mpok Ani tadi akan terulang. Ngeri kan?
Tidak hanya itu, penggunaan kemasan obat sendiri juga sudah diperhitungkan dalam menjaga stabilitasnya. Jika dikeluarkan dari kemasan aslinya, bisa jadi obat akan cepat rusak.
4. Kunci tempat penyimpananan obat & jauhkan dari jangkauan anak-anak
Mungkin pembaca sering juga membaca instruksi penyimpanaan obat seperti, 'Tutup botol rapat-rapat dan jauhkan dari jangkauan anak-anak'. Nah ini harus betul-betul dipatuhi. Jika ada anak-anak di rumah, sebaiknya obat disimpan di lemari terkunci yang sulit dijangkau anak-anak.
Banyak anak yang susah minum obat, tapi tidak sedikit juga yang suka minum obat karena diberi perisa (flavour) sehingga terasa enak. Tentu kita tidak ingin anak-anak kita temukan sedang asyik minum sirup Paracetamol rasa stroberi saat kita tinggal memasak di dapur kan?
5. Pisahkan obat
Dalam menyimpan obat-obatan di rumah, sebetulnya tidak perlu banyak pemisahan. Contoh, obat untuk anak-anak dan dewasa, atau obat untuk pria dan wanita, atau obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras.
Obat untuk dewasa dan anak-anak umumnya ditentukan oleh regimen dosis yang bisa dibaca pada label atau leaflet kemasan, namun masih merupakan obat yang sama. Begitu juga dengan obat khusus untuk pria dan wanita, maupun obat bebas, obat bebas terbatas, maupun obat keras. Semua informasinya sudah tertera di label kemasan atau leaflet.
Intinya selama kita menyimpan obat seperti poin nomor 3 dan 4 tadi, saya rasa sudah cukup aman untuk mencegah drug misuse (salah penggunaan).