Bisa berbagi pengetahuan melalui hobi tentunya menjadi suatu kepuasan tersendiri. Dan sebagai seorang apoteker yang gemar menulis, saya cukup sering menulis artikel dengan topik seputar kesehatan dan obat-obatan sesuai bidang pendidikan yang saya peroleh.
Well, saya akui menulis artikel populer bertema kesehatan lumayan gampang-gampang susah. Ada tantangan tersendiri dalam menulis artikel tersebut.Â
Saya sering bertanya-tanya mulai dari, topik apa yang sebaiknya saya tulis supaya bisa menarik minat pembaca? Bagaimana saya harus memulai untuk bisa mempertahankan minat baca mereka hingga akhir artikel? Hal apa yang ingin saya tekankan dalam tulisan saya dan kira-kira apakah nantinya pembaca bisa menangkap apa yang saya sampaikan? Dan pastinya apakah artikel saya bisa diterima pembaca dan bermanfaat bagi mereka?
Nah untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada 4 hal yang selalu saya pertimbangkan sebelum mulai menulis artikel populer bertema kesehatan. Apa saja itu?
1. Menentukan Topik dan Judul
Boleh dibilang artikel dengan topik kesehatan tidak sepopuler artikel dengan topik seputar traveling, kuliner, entertainment, politik, dan lainnya. Mengapa?Â
Artikel dengan topik kesehatan umumnya memberi kesan 'berat', serius dan agak sulit dimengerti oleh pembacanya. Apalagi jika artikel tersebut banyak menggunakan istilah ilmiah yang lumayan sulit diingat. Baru baca paragraf pertama udah males duluan deh.
Ah, tapi belakangan ini banyak kok artikel-artikel tentang kesehatan? Ya, karena kebetulan saat ini dunia sedang dilanda pandemi Covid-19.Â
Isu kesehatan global yang dampaknya sungguh luar biasa. Oleh sebab itu tingkat keterbacaan artikel kesehatan di masa pandemi ini sedang tinggi-tingginya karena banyak orang yang ingin tahu dan tidak ingin ketinggalan update.
Dalam menulis artikel populer bertema kesehatan, memilih topik yang akan ditulis adalah kunci utama.Â
Kita harus pintar-pintar memilih topik apa yang dibahas. Akan lebih baik jika topik tersebut merupakan isu terkini, unik, atau minimal berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan demikian pembaca akan merasakan adanya bonding (ikatan) dan merasa nyambung dengan isi artikel.
Selain topik, jangan lupa tetapkan judul yang singkat, jelas, dan menarik, tapi usahakan jangan sekadar clickbait.Â
Artikel yang isinya tidak sesuai ekspektasi pembaca ketika mereka begitu tertarik dengan judulnya, hanya akan membuat pembaca berhenti di tengah-tengah artikel. Apalagi kalau isi artikelnya tidak nyambung. Sudah pasti pembaca akan kapok karena mereka merasa waktunya terbuang.Â
Jangan sampai muncul komentar seperti ini dari pembaca, "Ya ampun, gue kira isinya apa. Gak taunya gini doang? Nenek-nenek kayang juga tau."
2. Kumpulkan dan Cantumkan Referensi
Namanya juga artikel kesehatan, pastinya berhubungan dengan kesehatan manusia. Dan pastinya kesehatan manusia bukan untuk main-main apalagi bohong-bohongan.Â
Informasi kesehatan yang salah bisa menyebabkan chaos, dan menyebabkan pembaca salah memahami dan mengambil keputusan terkait kesehatannya.Â
Pada akhirnya kekeliruan ini berpotensi menyebabkan penyakit yang diderita tak kunjung sembuh atau bahkan tambah parah, hingga berakibat fatal (mengancam nyawa). Tentu kita tidak ingin artikel yang kita tulis merugikan pembacanya kan?
Untuk mencegah hal tersebut, penting bagi penulis untuk mengumpulkan berbagai macam referensi, membaca, memahami, dan memilah poin-poin yang akan digunakan untuk mendukung isi artikel yang akan ditulis.
Perlu diingat referensi-referensi ini juga tidak boleh asal ambil dari sumber yang tidak jelas. Referensi yang dimaksud bisa berasal dari literatur seperti buku standar, jurnal ilmiah, atau situs/website terpercaya (misal situs dari pihak regulator), bisa juga dari hasil wawancara dengan pakar-pakar terkait.
3. Gaya Bahasa Populer
Dunia kesehatan memang banyak menggunakan istilah teknis / ilmiah. Oleh sebab itu sebelum menulis artikel, penting untuk mengetahui target pembaca lebih dulu.
Jika pembaca umumnya memiliki background bidang pendidikan yang sama, penggunaan istilah teknis/ilmiah sebanyak apapun tidak masalah. Tapi jika artikel ditujukan kepada pembaca umum, ada baiknya penulis meminimalisir penggunaan istilah ilmiah dan menggunakan gaya bahasa yang lebih umum/populer supaya lebih mudah dipahami pembaca.Â
Meski demikian, jangan sampai upaya ini malah membuat isi artikel menyimpang atau pesan utamanya tidak tersampaikan dengan baik loh ya.
Selain gaya bahasa, usahakan menulis artikel dengan terstruktur dan jelas. Mulai dari pembuka, isi, hingga penutup. Jangan berputar-putar hanya supaya terkesan 'berisi'. Dengan demikian, pembaca akan lebih mudah menangkap isi artikel.
4. Jangan Lupa Menyunting
Seperti halnya menulis artikel pada umumnya, penyuntingan adalah hal yang krusial sebelum kita meng-klik tombol 'publish' atau tayang. Meskipun Kompasiana memiliki fitur edit artikel yang sudah ditayangkan, saya tetap menganggap penyuntingan adalah langkah wajib terakhir yang harus dilakukan oleh penulis.
Saat menyunting, kita bisa memperbaiki kata-kata yang typo (salah ketik), memperbaiki kalimat supaya lebih efektif, menghapus atau menambah informasi tertentu, memasukkan hyperlink dan ilustrasi, dan lain sebagainya. Pasti rasanya gemas juga kan, kalau isi artikelnya serius tapi banyak typo-nya.
Tanggung Jawab Moral di Balik Setiap Tulisan
Well, dibandingkan artikel dengan topik lainnya yang saya tulis, jujur saya merasa lebih terbebani ketika menulis artikel tentang kesehatan.Â
Sesuai sumpah profesi saya, ada rasa tanggung jawab moral ketika menulis artikel tentang kesehatan. Meskipun mungkin masih ada banyak kekurangan dalam artikel saya, sebisa mungkin saya betul-betul berusaha memberikan informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu, saya juga menganggap bahwa menulis adalah proses belajar yang berkelanjutan. Semakin tinggi jam terbang kita dalam menulis, maka perlahan-lahan kemampuan menulis kita akan terus meningkat. Baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.
Lambat laun kita pun akan memiliki gaya tulisan yang khas, yang bisa jadi akan langsung dikenali oleh pembaca-pembaca kita.Â
Oleh sebab itu sebagai penulis, sudah seharusnya kita bersikap terbuka dengan setiap kritik maupun saran dari pembaca, karena pembaca dan penulis saling bergantung satu sama lain.
Nah berhubung sudah mau ganti tahun juga, kira-kira pembaca sekalian punya masukan untuk saya supaya kemampuan menulis saya bisa lebih baik di tahun-tahun yang akan datang?
Share di kolom komentar yah! Cherio!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI